Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
Pembelajaran Remedial
dan Pengayaan
A.
Pembelajaran
Remedial
1. Ontologi Kegiatan Remedial
Para penganut aliran prilaku
(behaviourist), menyatakan dalam belajar lebih menekankan pada kinerja
pembelajar yang dapat diobservasi dan terukur, kurang memperhatikan strategi
kognitif dan metakognitif serta proses internal (pemrosesan informasi) pada
diri siswa. Penganut aliran ini meliputi : Skinner, Pavlov, dan Thorndike.
Dipihak lain, penganut konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan tidak
berada diluar pikiran pembelajar (knowledge ‘does not exist outside a person’n
mond’) tetapi diorganisasikan didalam kognisi internal individu dan pengalaman
bukan ditemukan dari luar dirinya.
Peaget (dalam Crawford R:1999:53)
menyatakan pengetahuan meliputi fakta yang telah dibangun merupakan kondisi
perkembangan biologis secara umum yng berinteraksi dengan lingkungan dan
dibangun kedalam konsepsi yang berkembang dalam benuk representasi kognitif
melalui proses ekuilibrum. Pembangunan pengetahuan secara individual terjadi
secara khusus pada diri seseorang, bergantung kepada pengetahuan awal dan cara
mereka membangun dan meletakkannya didalam struktur kognitifnya. Berdasarkan
proses yang dialami dalam membangun pengetahuan, konstruktivisme dikelompokan
menjadi dua, yaitu personal dan social.
Siswa yang mengikuti pelajaran dalam
perkembangannya sangat bervariasi kemampuan intelektualnya (differently-abled),
dan kita hendaknya membantu siswa untuk bertahan dan dapat mempelajari mata
pelajaran tersebut. Dengan demikian sekolah sebaiknya menciptakan suatu
pembelajaran terhadap, baik yang diatas rerata maupun yang dibawah rerata,
berupa lingkungan belajar dan pengalaman
yang memungkinkan siswa belajar.
Batasan remedial khususnya remedial
dalam kelas, menurut Good (1973) dalam Sukardi (2008:228) didefinisikan sebagai
berikut. Class remedial is a specially
selected groups of pupils in need of more intensive instruction in some area
education than is possibble in the regular classroom, atau remedial kelas merupakan pengelompokkan
siswa, khusus yang dipilih yang memerlukan pengajaran lebih pada mata pelajaran
tertentu daripada siswa dalam kelas biasa. Tindakan kelas remedial yang berupa
pengajaran kembali dengan materi pembelajaran yang mungkin diulang atau
pemberian suplemen dengan soal dan latihan secara umum adalah termasuk dalam
cakupan metode mengajar guru.
Remedial dalam Sukardi (2008:228) tidak
lain adalah termasuk kegiatan pengajaran yang tepat diterapkan, hanya ketika
ketika kesulitan dasar para siswa telah diketahui. Pembelajaran remedial
merupakan tindakan korektif yang diberikan kepada siswa setelah kegiatan
evaluasi dilakukan. Remedial pada umumnya mencakup pemahaman kebutuhan
individual siswa, ditambah dengan metode pengajaran yang tepat yang diterapkan
oleh guru agar membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
Jadi dapat disimpulkan, pembelajaran
remedial merupakan kelanjutan dari pembelajaran regular dikelas, hanya terhadap
siswa yang masih memerlukan pembelajaran tambahan. Paling tidak ada tujuan
pembelajaran “pengobatan” atau remedial ini. Pertama, setiap siswa berbeda
dalam hal kemampuan belajar, standar akademik, belajar dikelas dan kinerja
akademik dan setiap siswa harus belajar dengan cara menyesuaikan kurikulum
sekolah, pendekatan, guru menyiapkan kegiatan belajar dan pengalaman langsung
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa. Kedua, melalui pembelajaran
remedial guru menyiapkan pelatihan yang mengembangkan generic skills, meliputi:
hubungan antar personal, berkomunikasi, pemecahan masalah, mengelola diri
sendiri, belajar mandiri, berpikir mandiri, mengembngkan kreativitas dan
penggunaan teknologi sebagai sumber belajar.
Siswa yang tergolong
kedalam kelompok yang harus dimasukkan kedalam kelompok pembelajaran
remedial biasanya mengalami kesulitan dalam hal sebagai berikut:
a.
Kemampuan mengingat relative kurang.
b.
Perhatian yang sangat kurang dan mudah
terganggu dengan sesuatu yang lain dsekitarnya pada saat belajar.
c.
Secara relative lemah kemampuan memahami
secara menyeluruh.
d.
Kurang dalam hal memotivasi diri dalam
belajar.
e.
Kurang dalam hal kepercayaan diri dan
rendah harapan dirinya.
f.
Lemah dalam kemampuan memecahkan
masalah.
g.
Sering gagal dalam menyimak suatu
gagasan dari suatu informasi.
h.
Mengalami kesulitan dalam memahami suatu
konsep yang abstrak.
i.
Gagal menghubungkan suatu konsep dengan
konsep lainnya yag relevan.
j.
Memerlukan waktu relative lebih lama
dari pada yang lainnya untuk menyelesaikan tugas-tugas
Pada umumnya, ada beberapa cara untuk
menegatahui siswa yang memiliki siswa yang memiliki kesulitan belajar. Satu
cara yang masih dirasakan efektif adalah menggunakan pendekatan survey untuk
menjaring informasi tentang siswa yang mengalami kesulitan dan memerlukan
remedial. Tes survey ini termasuk tes dalam program remedial yang direncanakan
untuk memenuhi tujuan pembelajaran tersebut. Ketika siswa yang mengalami
kesulitan belajar dapat diidentifikasi, mereka kemudian dikelompokkan dalam
kelompok-kelompok kecil atau jika jumlah mereka sedikit, siswa dapat tetap
disatukan dalam kelompok siswa yang tidak mengalami kesulitan belajar. Langkah
berikut yang juga penting ialah siswa diwajibkan mengikuti program remedial
dengan pemberian materi belajar tertentu.
Untuk meyakinkan bahwa skor pencapaian
lebih bermakna, guru dapat mencari informasi tambahan yang berasal dari buku
rapor siswa. Ada beberapa kemungkinan, ketika nilai satu siswa dibandingkan
dengan nilai siswa lainnya. Mereka dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok,
yaitu kelompok siswa yang under achiever (pencapaian
dibawah rerata), kelompok siswa yang dikategorikan mencapai nilai cukup (sekedar
lulus atau rerata), serta kelompok siswa yang di atas rerata (siswa yang pada
umumnya mampu dan lancar dalam menerima materi pembelajaran dari guru. Kelompok
pencapaian hasil belajar di bawah rerata inilah, para siswa memerlukan kegiatan
remedial.
Setelah para siswa yang termasuk under achiever dikelompokkan,
selanjutnya mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan belajar mereka. Tujuan
remedial adalah membantu para siswa agar dengan kemampuannya dapat meningkatkan
pencapaian hasil belajar. Untuk mencapai tujuan itu, guru harus perlu mempunyai
kompetensi penting, yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi kelemahan dan
kelebihan siswanya, kemudian membantu mereka untuk memperbaiki kelemahan dengan
tetep membangun melalui kekuatannya. Sebagai contoh, jika siswa tidak memiliki
ketidakmampuan menghitung dalam satu
topik matematika, guru perlu mengetahui bahwa ia mampu dalam mengerjakan
keterampilan dan mungkin juga baik dalam bekerja sama. Dengan mengetahui
kelemahan dalam menghitung, maka guru bisa mengelompokkan dengan siswa lain
yang memiliki kesulitan sama dengan memberikan program remedial menghitung
secara intensif. Misalnya dalam pembelajaran matematika, guru perlu mengetahui
lebih jauh, dan mungkin ditemukan mereka lemah dalam menghitung pecahan.
2. Model-model Pembelajaran Remedial
Berikut ini beberapa model pembelajaran remedial
yang dapat dilakasanakan sesuai dengan kondisi sekolah, yaitu:
a.
Model
Pembelajaran Remedial Di Luar Jam Sekolah (Outside School Hours)
Model ini membuat pembelajaran
remedial untuk membantu keslitan belajar siswa terhadap satu atau beberapa
materi subyek, sebelum atau setelah jam pelajaran dilaksanakan.
Beberapa pedoman dalam menerapkan model
pembelajaran remedial outside school hours, yaitu sebagai berikut:
1)
Penekanan pada remedial yang bertujuan
membantu siswa membangun dasar yang kokoh tentang belajar materi subyek yang
dianggap sulit dan kemampuan belajar sendiri dengan bimningan guru.
2)
Guru hendaknya mengkaji intisari
kurikulum yang menekankan pada ketuntasan belajar siswa, dan merencanakan
materi tambahan yang sesuai agar dapat memantapkan pengetahuan dasar siswa.
Pengetahuan dasar ini diperlukan dalam mempelajari materi lanjutan.
3)
Guru pembelajaran remedial dapat memberikan
ilustrasi yang lebih banyak sebagai titian memahami materi subyek untuk
membantu memantapkan pengetahuan yang diperlukan dan membangun konsep yang
lebih baik (pembelajaran lebih efektif bagi siswa) daripada pembelajaran di
kelas biasa. Guru dapat juga membarikan bimbingan mengisi LKS (Lembar Kerja
Siswa), mencatat hal-hal pentimg, membahas soal ulangan, jika diperlukan.
4)
Hanya kelompok siswa yang peringkatnya
sama yang mengikuti pembelajaran remedial pada topik yang sama.
5)
Jumlah jam pembelajaran remedial tidak
sama dengan pembelajaran biasa, misalnya untuk sains 5 kali pertemuan, bahasa
5-6 kali pertemuan, dan matematika 3-5 kali pertemuan, sesuai dengan kesulitan
siswa.
6)
Lamanya jam pelajaran remedial sebaiknya
disesuaikan (sama) dengan jam pelajaran yang biasanya.
b. Model Pembelajaran Remedial Pemisahan
(Withdrawal)
Model
pelaksanaan pembelajaran remedial ini, dengan cara memisahkan siswa dari kelas
biasa ke dalam kelas remedial.
Beberapa pedoman dalam menerapkan model pembelajaran
remedial outside school hours, yaitu sebagai berikut:
1)
Sekolah harus menjadwalkan secara
tersendiri mata pelajaran dan topik serta daftar siswa yang akan dipisahkan
bersesuaian dengan kebutuhan siswa.
2)
Bila jumlah siswa yang mengikuti
pembelajaran remedial mencapai 15 orang, sekolah hendaknya mengalokasikan
sesuai dengan materi yang diperlukan, dan sebaiknya tidak lebih dari 15 orang
dalam satu rombongan belajar.
3)
Sekolah juga menentukan prioritas yang
akan dibahas sesuai dengan kebutuhan siswa, misalnya atas dasar konsep
esensial, konsep prasyarat pada berikutnya dan tingkat kesulitan bagi siswa.
4)
Sesi remedial baiknya terhadap kelompok
siswa yang mempunyai peringkat perkembangan intelektual (pemahaman konsep)
sama. Hal ini memudahkan dalam memberikan fondasi pengetahuan kunci bagi siswa.
c. Model Pembelajaran Remedial Tim
(Co-Teaching)
Model pelksanaan
pembelajara remedial ini memerlukan tim pengaja, dapat terdiri atas dua atau
lebih anggota, bekerja bersama menyiapkan behan-bahan, pembelajaran dan
penilaian hasil belajar yag mengacu kepada peningkatan keefektifan belajar.
Beberapa pedoman dalam menerapkan model pembelajaran remedial outside school
hours, yaitu sebagai berikut:
Persiapan
1)
Guru bersama-sama siswa menyusun rencana
pembelajaran, menetukan tujuan pembelajaran dan kata kunci topik yang
dipelajari, kegiatan dan aktivitas fisik dalam pembelajaran.
2)
Untuk memenuhi kebutuhan individual
siswa, guru sebaiknya mendiskusikan strategi pembelajaran dan adaptasi
kurikulum yang diperlukan. Juga merancang dan mengumpulkan bahan remedial untuk
mengayakan materi pembelajaran yang ada dikurikulum.
3)
Peran dan tugas khusus guru, adalah
merancang lembar kerja atau menyiapkan media pembelajaran yang secara jelas
setiap topik pembahasan yang bertujuan membantu siswa memahami topik tersebut.
Presentasi pelajaran
Selama pembelajaran guru dapat mengadopsi
pembelajaran dengan cara yang luwes sesuai dengan ciri topik serta tujuan dan
materi pembalajaran. Berikut beberapa latihan yang umum, yaitu:
1)
Guru mempresentasikan materi subyek
bersama-sama atau secara berurutan. Mereka juga dapat memberikan elaborasi atau
ekspansi tambahan tentang sesuatu yang memungkinkan lebih jelas.
2)
Guru dapat mengganti perannnya secara
bergantian, selama dalam pembelajaran sesuai dengan keadaan.
3)
Guru mendorong siswa yang lemah dengan
membentuk kelompok kecil atau bimbingan secara individual untuk melengkapi dan
membantu siswa dalam kinerjanya.
4)
Mengembangkan keterampilan dan kebiasaan
belajar mandiri di antara siswa (cara memperoleh informasi), dan memberikan
contoh-contoh yang faktual dan masukan kepada siswa.
5)
Mengobservasikan dan mencatat kinerja
siswa. Sangat penting bagi mereka menunjukkan sikap dan perilaku belajar yang
baik, untuk membantu konsentrasi, meningkatkan pertanyaan dan mengambil
cattatan selama pelajaran.
6)
Mempertahankan agar kelas tetap tertib, dan
suasana belajar dengan menciptakan suasana kelas saling membantu (berkolaborasi
antar siswa).
Evaluasi dan review
1)
Mengevaluasi cara anggota tim dan
perannya dalam bekerjasama dalam kelompok.
2)
Mengubah materi pembelajaran dan
memperbaiki strategi pembelajaran dalam memenuhi kebutuhan siswa.
3)
Mengevaluasi kinerja siswa dan kemajuan
belajarnya.
3. Faktor-faktor Penyebab Pembelajaran Remedial
Beberapa faktor penyebabnya, yaitu
faktor internal pribadi siswa, lingkungan pribadi, dan mungkin gabungan dari
keduanya, juga faktor eksternal yang berkaitan erat dengan siswa.
a. Faktor Penyebab Internal
Faktor penyebab internal diantaranya adalah
perkembangan fisik dan kesehatan, yang utamanya mencakup kemampuan melihat dan
mengembangkan keterampilan, di samping juga kemampuan beradaptasi secara individu.
1) Kesehatan
Kondisi
fisik siswa secara umum dapat mempengaruhi kemampuan mancapai sesuatu tujuan.
Pencapaian hasil belajar, pada dasarnya merupakan usaha yang hanya dapat
dicapai melalui kerja keras, tekun, dan dilakukan dengan komitmen tinggi. Kurang
energi yang disebabkan kondisi fisik kurang sehat, dapat menutup kemungkinan
siswa memiliki pengetahuan kemampuan yang kurang. Selain itu, siswa yang kurang
sehat juga tidak bisa mencapai potensi yang sebenarnya. Hal ini termasuk juga
dalam beberapa pencapaian tugas belajar yang kompleks yang dituntut oleh
sekolah. Kurang sehatnya fisik seorang siswa dapat menyebabkan stamina cepat
menurun, cepat lelah sehingga usaha mengusai materi pembelajaran tidak tercapai
secara maksimal. Fisik siswa yang kurang sehat dapat dimungkinkan memiliki
kaitan dengan beberapa faktor penyebab, misalnya gizi buruk, istirahat kurang,
terlalu tegang atau stres, dan bekerja terlalu keras.
Faktor
kesehatan fisik lain juga dapat menjadi penyebab kegagalan siswa adalah
koordinasi motorik yang kurang baik. Ini dapat memengaruhi kemampuan siswa
dalam menulis dan berolahraga. Koordinasi motorik yang lemah juga dapat menjadi
penyebab kurangnya kemampuan siswa dalam mengadopsi keterampilan khusus yang
diperlukan dalam proses pembelajaran, seperti berenang, menari, dan sebagainya.
2) Problem Penyesuaian Diri
Faktor
lain yang juga termasuk faktor internal siswa yaitu problem penyesuaian diri.
Walaupun permasalahan ini erat kaitannya dengan faktor eksternal misalnya siswa
lain, atau masyarakat di sekitar, namun sumber utama adalah berasal dari dalam
diri siswa. Sebagai contoh, siswa yang memiliki gangguan emosi, pada awalnya
menghambur-hamburkan energi mereka sebelum akhirnya dapat menggunakannya untuk
kegiatan belajar. Siswa yang memiliki gangguan emosional, pada umumnya juga
memiliki kesulitan dalam belajar. Beiehler (1971) dalam Sukardi (2008:232)
menunjukkan bahwa siswa yang memiliki permasalahan belajar biasanya ditandai
dengan adanya beberapa indikator, yaitu: kesiapan belajar yang buruk, kesulitan
menghadapi tes, kemampuan bahasa yang buruk, lebih senang mengikuti belajar
fisik dan praktis daripada belajar skolastik mental learning, penguasaan materi belajar yang lambat, serta
kurang perhatian dalam mengikuti kegiatan sekolah.
b. Faktor Penyebab Eksternal
Faktor eksternal siswa diantaranya lingkungan di
sekitar siswa, seperti teman pergaulan di luar sekolah, kondisi orangtua siswa,
dan juga kegiatan siswa di luar sekolah.
1) Lingkungan
Faktor
lingkungan pada umumnya muncul di luar situasi siswa. Faktor ini juga merupakan
kesulitan dasar yang tidak mudah untuk diidentifikasi. Problem lingkungan
muncul sebagai hasil reaksi atau perubahan dalam diri siswa terhadap keluarga
dan lingkungannya, misalnya kondisi orang tua yang tidak harmonis.
2) Cara Guru Mengajar yang Tidak baik
Guru
kelas dapat dikategorikan faktor eksternal karena guru yang tidak baik dalam
mengajar dapat menimbulkan kesulitan belajar pada siswa. Agar hal ini tidak
terjadi maka guru perlu mengadakan perbaikan secara berkala, dalam penguasaan
metode mengajar maupun dalam penguasaan materi yang hendak diajarkan.
3) Orangtua siswa
Sumber
eksternal lain adalah orangtua yang tidak mau atau mampu menyediakan buku atau
fasilitas belajar yang memandai bagi anak-anaknya atau mereka yang tidak mau mengawasi anak-anaknya agar
belajar di rumah. Dengan adanya pengawasan, minimal mereka bisa mengetahui
ketika anak mempunyai kesulitan belajar.
4) Masyarakat Sekitar
Masyarakat
di sekitar siswa dapat menjadi sumber masalah, ketika keberadaan masyarakat
tidak kondusif terhadap kebutuhan siswa secara individual maupun kelompok.
Siswa akan merasa berhasil atau bermanfaat, jika ia dapat merasakan manfaat
yang nyata dari hasil belajar di sekolah dengan keberadaan di masyarakat,
tempat mereka berada. Sebaliknya, siswa tidak akan merasakan hasil belajarnya,
jika yang ia pelajari tidak bermanfaat atau tidak memberikan pengaruh baik
langsung maupun tidak langsung dalam kehidupan siswa.
4. Prinsip-prinsip Pembelajaran Remedial
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran
remedial sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus antara lain:
a. Adaptif
Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk
belajar sesuai dengan daya tangkap, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing.
b. Interaktif
Pembelajaran remedial hendaknya melibatkan keaktifan guru untuk
secara intensif berinteraksi dengan peserta didik dan selalu memberikan
monitoring dan pengawasan agar mengetahui kemajuan belajar peserta didiknya.
c. Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan
Penilaian
Pembelajaran remedial perlu menggunakan berbagai metode
pembelajaran dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta
didik.
d. Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin
Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik
mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin agar dapat
menghindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut.
e. Pelayanan Sepanjang Waktu
Pembelajaran remedial harus berkesinambungan dan programnya selalu
tersedia agar setiap saat peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan
kesempatan masing-masing.
5. Organisasi Pembelajaran Remedial
Pertama,
perlu
diadakan pencerahan kepada siswa bahwa tujuan khusus program remedial
diantaranya adalah mengatasi kesulitan belajar. Ketika kesulitan belajar
semakin menumpuk, maka dampak yang muncul adalah remedial pengajaran pun semakin
kompleks.
Kedua,
guru perlu menilai keberhasilan program remedial yang telah dilakukan. Untuk
mencapai tujuan tersebut, guru dimungkinkan pada saat yang diperlukan, mengubah
metode dan menggunakan materi yang bervariasi agar siswa dapat mengatasi kesulitan
belajarnya. Dalam kenyataannya, tidak semua siswa merespons dengan tingkat
keberhasilan sama dalam pembelajaran remedial yang sama. Oleh karena itu perlu
adanya evaluasi guna menentukan perkembangan dan prosedur yang hendak
dilaksanakan di masa mendatang.
Ketiga,
evaluasi
remedial memiliki arti penting bagi orang-orang terdekat siswa. Oleh karena
itu, perlu diberikan informasi kepada siswa dan orangtua mengenai perkembangan
belajarnya. Dengan mengakui pencapaian hasil belajar dan tetap mendorong untuk
terus belajar, motivasi belajar siswa diharapkan dapat meningkat, ketika siswa
mengetahui hasil usaha belajar yang telah diikuti. Pada pembelajaran remedial
ini, para guru juga perlu memerhatikan satu prinsip penting, yaitu bahwa
semakin kurang kematangan siswa, semakin penting hasil remedial diterangkan
dengan cara memberikan gambaran nyata, baik dengan grafik atau diagram lainnya
yang relavan.
6. Memberikan Pembelajaran Remedial
Guru merupakan ujung tombak dalam
mengubah sikap siswa dari menarik diri atau antipasi belajar menjadi gairah
dalam mencapai tujuan belajar. Para siswa yang mengalami permasalahan belajar
harus diberi pemahaman dalam bentuk program-program yang direncanakan dalam
bentuk kegiatan remedial. Mereka yang mempunyai problem diidentifikasi dan
dipilih untuk kemudian diberi penjelasan secara intensif. Langkah berikutnya,
materi belajar yang menjadikan problem diungkap kembali dengan diberikan soal
dan latihan yang mendukung terealisasinya pencapaian hasil belajar. Para siswa
juga perlu diberi pekerjaan rumah, karena memang kadang ada siswa yang ternyata
dapat mengerjakan dengan baik apabila diberi waktu tambahan. Di samping itu,
para guru tetap secara intensif memotivasi para siswa untuk terus belajar.
Tingkat awal remedial adalah membangun
kembali keyakinan dalam diri siswa. Remedial yang baik pada umumnya mempunyia
semua atribut mengajar yang baik, ditambah dengan contoh soal yang bisa
digunakan untuk lebih memahami dan menguasai materi pembelajaran. Siswa
diharapkan terus mengembangkan keyakinan, ketika ia memiliki pengalaman dan
merasakan usaha mereka berhasil. Oleh karena itu, juga perlu bagi seorang guru
mengetahui di mana kekuatan dan kelemahan siswa. Kekuatan yang ada digunakan
untuk mengatasi kelemahan dan usaha tersebut untuk mencapai tingkat pencapaian
hasil belajar.
Untuk tetap termotivasi dan interes
untuk belajar, maka program remedial harus selalu ditekankan, tindakan menonton
dan tanpa usaha perlu dihindari. Oleh karena itu, pendekatan mengajar yang
variatif perlu diperhatikan oleh guru yang memberikan program remedial.
Pendekatan yang variatif, relevan, dan menyenangkan pada prinsipnya sangat
sesuai dengan prinsip pembelajaran kontektual, bisa mencegah ketegangan mental
siswa dan merangsang untuk melakukan pengembangan diri dalam belajar. Materi
pembelajaran memiliki nilai motivasi tinggi perlu selalu dicari untuk
dikembangkan guna mengatasi permasalahan belajar. Jika siswa dapat membantu
perencanaan guru, misalnya melalui pilihan materi pembelajaran, prosedur yang
lebih mudah dipahami, siswa akan merasa beruntung. Jika keterlibatan siswa
dalam pembelajaran remedial dapat direalisasi, implikasi perencanaan bersama
tersebut akan dapat membangkitkan interes dasar mereka dan membangkitkan
kepercayaan diri mereka untuk berhasil.
7. Kebutuhan Pengajaran Remedial
Tantangan, krisis dan kesenjangan belajar
berpengaruh terhadap pertumbuhan jumlah siswa yang mengalami kesulitan belajar
di sekolah, terutama bagi siswa lamban belajar dan berprestasi rendah.
Akibat tantangan, krisis dan kesenjangan belajar itu
sangat dirasakan oleh siswa yang mengalami kesulitan belajar terutama siswa
yang lamban belajar dan berprestasi rendah. Alasannya adalah sebagaiu berikut.
a.
Rendahnya kemampuan yang dimiliki siswa
dalam menguasai pengetahuan yang dismpaikan guru dikelas, terutama pengetahuan
yang dipelajari melalui cara-cara belajar tertentu sesuai dengan tuntutan
kurikulum sekolah.
b.
Kebiasaan mempelajari pengetahuan
melalui cara-cara lama yang sangat sulit diubah ke dalam cara-cara yang sesuai
dengan tuntutan kurikulum sekolah.
c.
Kebiasaan tidak gemar membaca dan
menulis akibat budaya yang diturunkan leluhurnya dari generasi ke generasi
serta akibat besarnya perhatian kepada alat-alat teknologi dan lingkungan yang
eksentrik, disamping faktor kelelahan.
d.
Tersebarnya obat-obat terlarang yang
digunakan secara tidak profesional oleh sebagian siswa di sekolah, sehingga
menimbulkan kemalasan yang tak terhingga dalam melakukan aktivitas belajar.
e.
Kurangnya perhatian orang tua di rumah
dalam membimbing pendidikan anak-anaknya sehubung dengan faktor kesibukan dan
kelalaian. Dikalangan mereka terdapat orang tua yang mencari nafkah jauh dari
tempat tinggal tidak dapat membimbing anaknya denga baik bahkan bertemu
pun denga anak-anaknya seminggu atau dua
minggu sekali bahkan berbulan-bulan.
f.
Kualitas pengajaran guru kurang memadai
karena faktor intern dan ekstern yang tidak disukainya, antara lain
pengetahuan, sikap, keterampilan, upah, suplai media sumber belajar, dan
penghargaan yang dapat menimbulkan siswa kurang bermotivasi melakukan proses
belajar yang optimal.
8. Remedial secara Individual
Beberapa siswa yang mengalami kesulitan belajar,
pada kasus tertentu mempunyai perasaan tidak pandai. Mereka merasa rendah diri
atau inferior bahwa mereka tidak dapat berhasil. Bahkan ada yang merasa bahwa
mereka berbeda dengan siswa lainnya. Beberapa siswa menarik diri dari pergaulan
antarsiswa, bahkan ada yang benci dan menolak untuk diajar belajar kembali,
namun pada sisi lain ada siswa yang merasionalisasi dalam pemikirannya bahwa
keberhasilan dalam belajar tidak penting. Perasaan dan sikap yang demikian
tidak akan membantu dalam usaha mencapai masa depannya yang cerah. Apabila hal
demikian muncul, maka untuk mengatasinya diperlukan bimbingan konseling, agar
mereka tidak jatuh pada rasa frustasi yang berkelanjutan.
Jika kesulitan siswa, baik yang
bersumber internal maupun eksternal telah diidentifikasi, selanjutnya program
remedial perlu diinformasikan. Jika siswa telah dimotivasi dalam kegiatan
belajarnya maka kegiatan remedial ini sebaiknya dilakukan secara individual.
Penilaian remedial pun difokuskan pada kebutuhan spesifik individual siswa.
Yang perlu diperhatikan oleh seorang
guru adalah bahwa tidak semua remedial harus dilakukan secara individual,
tetapi bisa juga remedial dilakukan secara berkelompok dengan membuat
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 atau 6 siswa yang memiliki problem
sama. Di samping itu, ada juga kesempatan untuk remedial secara keseluruhan.
Ini terjadi, ketika kelemahan atau kesulitan siswa ternyata menyeluruh dalam
satu unit satuan pembelajaran.
9. Peran Guru dalam Pembelajaran Remedial
Peranan yang dipikul guru dalam pembelajaran
remedial itu, yaitu:
a. Manusia Pelayanan
Dengan
terkuasainya pemahaman kesulitan-kesulitan belajar siswadan keterampilan
mengidentifikasi kesulitan-kesulitan itu, guru pendidikan remedial diharapkan
mampu menempatkan dirinya sebagai pelayan ambulan untuk membantu siswa dalam
memecahkan kesulitan menyesuaikan daripada tuntutan kurikulum sekolah.
Manusiapelayan adalah manusia sabar, ikhlas, dan bertanggung jawab dalam
mengemban tugasnya sebagai guru pendidikan remedial,dan memiliki keterampilan
dalam melayani setiap kebutuhan siswa yang sedang mengalami kesulitan belajar.
b. Agen Perubahan
Guru
dalam pembelajaran remedial berperan sebagai pengembang pengubah kurikulum
disekolah, ia bertugas pula melakukan tugas reformasi kelembagaan, selain
menghubungkan tugasnya dengan tugas guru bidang studi lainnya, terutama
merumuskan tujuan yang realistik dan kegiatan-kegiatan nyata dalam menghadapi
siswa lamban belajar.sebagai agen perubahan, guru harus berani memberikan
pendapat, sikap, dan aspirasinya kepada aparat kelembagaan yang terkait dengan
tugas pembimbingan terhadap siswa yang sedang dihadapinya terutama yang
menyangkut perubahan-perubahan kurikulum dan kelembagaan yang harus
dilakukannya sesuai dengan kebutuhan yang dirasakannya tertentu dilapangan.
c. Motivator
Guru pendidikan
remedial berperan pula sebagai pendorong para ilmuwan untuk melakukan
penelitian-penelitian yang dapat membantu memudahkan mencari dan menemukan
sebab-sebab kesulitan belajar siswa, pengetahuan memprediksinya, dan
latihan-latihan yang relevan dengan kebutuhan siswa.
d. Pencegah
Guru dalam pembelajaran
remedial dapat berperan pula sebagai pencegah terjadinya kesulitan belajar
siswa. Pengetahuannya di bidang psikometri guru harus sanggup menyampaikan
pengalaman-pengalamannya kepada guru dan anggota staf lainnya mengenai langkah-langkah
yang harus dilakukannya dalam menyembuhkan kesulitan siswa dalam menghadapi
pelajaran di sekolah, paling tidak pengetahuan tentang cara-cara mencegah
kemungkinan terjadi kegagalan.
e. Konsultan
Menurut
konsep baru pendidikan bahwa setiap guru di sekolah berperan sebagai guru dalam
pembelajaran remedial. Sebagai ahli dalam bidang pendidikan anak-anak, guru
harus menyampaikan nasehat kepada guru lainnya yang membutuhkan pengetahuan
pelayanan bimbingan dan penyuluhan.
f. Pemberi Resep
Guru dalam pembelajaran
remedial berperan juga sebagai resep untuk menyembuhkan siswa lamban belajar.
Dengan pengalaman-pengalamannya guru harus bersedia memberi catatan penting
tentang cara-cara penyembuhan siswa lamban belajar.
g. Ekspert
Guru
dalam pembelajaran remedial berperan pula sebagai seorang expert, artinya ia
berfungsi sebagai peneliti, pengumpul, pengolah dan penyimpul data hasil
penelitian.
B.
Pembelajaran
Pengayaan
1. Pengertian Pembelajaran Pengayaan
Dalam kurikulum dirumuskan secara jelas kompetensiinti (KI) dan
kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik. Penguasaan KI dan KD
setiap siswa diukur dengan menggunakan sistem penilaian acuan kriteria (PAK).
Jika seorang siswa mencapai standar tertentu maka peserta didik tersebut dipandang
telah mencapai ketuntasan.
Oleh karena itu pembelajaran pengayaan dapat diartikan :memberikan
tambahan/perluasan pengalaman atau kegiatan siswa yang teridentifikasi melampaui
ketuntasan belajar yang ditentukan oleh kurikulum.
Metode yang digunakan dapat bervariasi sesuai dengan sifat, jenis,
dan latar belakang kesulitan belajar yang dialami siswa. Dalam program
pengayaan, media belajar harus benar-benar disiapkan guru agar dapat memfasilitasi
siswa dalam menguasai materi yang diberikan
Dalam pembelajaran pengayaan, guru juga dapat memberikan
pendalaman dan perluasan dari KD yang sedang diajarkan atau memberikan materi
dalam KD yang berikutnya. Selain itu, guru memfasilitasi siswa untuk memperkaya
wawasan dan keterampilannya serta mampu mengaplikasinya dalam kehidupan
sehari-hari.
Pembelajaran
pengayaan diberikan kepada siswa yang telah melampaui ketuntasan belajar dengan
memerlukan waktu lebih sedikit daripada teman-teman lainnya. Waktu yang masih
tersedia dapat dimanfaatkan siswa untuk memperdalam/memperluas atau
mengembangkan hingga mencapai tahapan networking (jejaring) dalam pendekatan
ilmiah (scientific approach). Guru dapat memfasilitasi peserta didik dengan
memberikan berbagai sumber belajar, antara lain: perpustakaan, majalah atau
koran, internet, narasumber/pakar, dll.
2. Model-model Pembelajaran Pengayaan
Ada
dua model pembelajaran bagi siswa yang memerlukan pembelajaran pengayaan karena
memiliki kecakapan yang lebih. Pertama,
siswa yang berkemampuan belajar lebih cepat diberi kesempatan
“memberikan pelajaran tambahan” kepada siswa yang lambat dalam belajar
(mentoring and tutoring). Kedua, pembelajasran yang memberikan suatu proyek
khusus yang dapat dilakukan dalam kurikulum ekstrakulikuler dan diprenstasikan
didepan teman-temannya.
a.
Pembelajaran Model Mentoring dan Tutoring
Beberapa para pendidikan
berpandangan adalah baik menempatkan anak yang mempunyai kecakapan belajar
sangat cepat bersama-sama dengan siswa yang berkecakapan pada umumnya. Metode ini
disebut dengan inclusion. Siswa yang mempunyai kecakapan unggul dapat bertindak
sebagai tutor atau mentor rekan sejawat yang relatif lambat dalam belajarnya.
Slavin (2003:308) menyatakan tutorial dari rekan sejawat merupakan cara yang
efektif untuk meningkatkan belajar baik pada tutor maupun pesertanya, tidak ada
yang meragukan kesesuaian strategi ini terhadap kebutuhan kelas (peserta).
Para pendukung model ini
berpendapat bahwa seringkali siswa yang mengalami hambatan belajar mengikuti
pembelajaran oleh gurunya akan lebih memudahkan memahami pelajaran bila dibahas
oleh rekan sejawatnya, sesama siswa. Bagi siswa yang mempunyai keunggulan
(sebagai tutor dan mentor) dapat lebih memantapkan diri melalui mengekspresikan
(merepresentasikan ulang) konsep yang telah dipelajarinya dengan rumusan yang
telah dibuatnya sendiri oleh siswa bersangkutan.
Beberapa hal yang mesti
diperhatikan agar pembelajaran melalui mentoring dan tutoring dapat berjalan
dengan baik. Pertama, tutor perlu
diberikan bekal latihan membimbing pembelajaran. Kedua, tutor dan siswa hendaknya jelas perannya masing-masing dan
harapan yang dilakukan. Ketiga, tutor
dan siswa memerlukan supervisi dan masukan tentang kinerjanya, khususnya pada
saat awal proses tutorial. Keempat,
guru dengan tutor hendaknya menciptakan cara yang efektif dan efisien dalam
merekam dan melaporkan kemajuan yang dicapainya.
b. Pembelajaran Model Proyek
Model pembelajaran pengayaan yang lain bagi siswa ynag mempunyai
kemampuan belajar lebih cepat daripada siswa rata-rata, yaitu dengan memberikan
tugas khusus (proyek). Proyek yang ditugaskan kepada siswa berkemampuan lebih
ini sebagai tindak lanjut dari pengetahuan yang diopelajarinya. Tugas yang
dilakukan siswa berupa pengayaan horizontal, yaitu mencari contoh-contoh lain
dari yang telah dipelajarinya di kelas dan penjelasan yang original dari contoh
baru tersebut.
Alternatif lain model proyek, adalah tugas yang dilakukan siswa
mencari penjelasan lebih lanjut (pendalaman secar vertikal) dari sekedar
pengetahuan yang dipelajarinya dalam pembelajaran biasa.
Kedua model jenis proyek ini yang dapat dijadikan sebagai tugas
bagi siswa tersebut, berupa penelitian sederhana, berdasarkan sumber informasi
yang digunakan siswa, yaitu penelitian literatur (dari berbagai buku teks),
penelitian empiris (melakukan observasi langsung ke lapanga dengan eksperimen
atau mengamati fenomena sebenarnya di alam), atau mencari data dari berbagai
narasumber yang berkompeten. Masalah atau kasus yang dijadikan sebagai fokus
penelitian dapat diajukan oleh siswa, diberikan oleh guru, masalah yang ditemui
siswa lain, atau negosiasi antara guru dan siswa.
3. Jenis-jenis Pembelajaran Pengayaan
Ada beberapa jenis pembelajaran pengayaan, yaitu:
a. Kegiatan eksploratori, yang masih terkait dengan KD yang sedang
dilaksanakan yang dirancang untuk disajikan kepada peserta didik. Sajian yang
dimaksud contohnya : bisa berupa peristiwa sejarah, buku, narasumber, penemuan,
uji coba, yang secara regular tidak tercakup dalam kurikulum.
b. Keterampilan proses, yang diperlukan oleh
peserta didik agar berhasil dalam melakukan pendalaman dan investigasi terhadap
topik yang diminati dalam bentuk pembelajaran mandiri.
c. Pemecahan masalah, yang diberikan kepada
peserta didik yang memiliki kemampuan belajar lebih tinggi berupa pemecahan
masalah nyata dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah atau pendekatan
investigatif/ penelitian ilmiah. Pemecahan masalah ditandai dengan:
1)
Identifikasi bidang permasalahan
yang akan dikerjakan.
2)
Penentuan fokus masalah/problem
yang akan dipecahkan.
3)
Penggunaan berbagai sumber.
4)
Pengumpulan data menggunakan
teknik yang relevan.
5)
Analisis data.
6)
Penyimpulan hasil
investigasi.
4. Prinsip-prinsip Pembelajaran Pengayaan
Prinsip-prinsip
yang perlu diperhatikan dalam mengonsep program pengayaan menurut Khatena
(1992):
a. Inovasi
Guru
perlu menyesuaikan program yang diterapkannya dengan kekhasan peserta didik,
karakteristik kelas serta lingkungan hidup dan budaya peserta didik.
b. Kegiatan
yang Memperkaya
Dalam
menyusun materi dan mendisain pembelajaran pengayaan, kembangkan dengan
kegiatan yang menyenangkan, membangkitkan minat, merangsang pertanyaan, dan
sumber-sumber yang bervariasi dan memperkaya.
c. Merencanakan
Metodologi yang Luas dan Metode yang Lebih Bervariasi
Misalnya dengan
memberikan project, pengembangan minat dan aktivitas-akitivitas menggugah (playful).
Menerapkan informasi terbaru, hasil-hasil penelitian atau kemajuan
program-program pendidikan terkini.
Sumber:
Alit, Made Mariana. Dr.
2004. Pembelajaran Remedial. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Subali,
Bambang. Dr. M.S., 2010. Penilaian, Evaluasi dan Remediasi Pembelajaran. Yogyakarta:
UNY.
Sukardi, M.
Prof. H., 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip
dan Operasionalnya. Yogyakarta: Katalog Dalam Terbitan (KDT).
Wijaya, Cecep.
Drs. H., 2007. Pendidikan Remedial Sarana
Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Panduan Teknis Pembelajaran Remedial dan
Pengayaan di Sekolah Dasar. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar