Senin, 04 Januari 2016

Pembelajaran Remedial dan Pengayaan

Pembelajaran Remedial dan Pengayaan

Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
A.      Pembelajaran Remedial
1.    Ontologi Kegiatan Remedial
Para penganut aliran prilaku (behaviourist), menyatakan dalam belajar lebih menekankan pada kinerja pembelajar yang dapat diobservasi dan terukur, kurang memperhatikan strategi kognitif dan metakognitif serta proses internal (pemrosesan informasi) pada diri siswa. Penganut aliran ini meliputi : Skinner, Pavlov, dan Thorndike. Dipihak lain, penganut konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan tidak berada diluar pikiran pembelajar (knowledge ‘does not exist outside a person’n mond’) tetapi diorganisasikan didalam kognisi internal individu dan pengalaman bukan ditemukan dari luar dirinya.
Peaget (dalam Crawford R:1999:53) menyatakan pengetahuan meliputi fakta yang telah dibangun merupakan kondisi perkembangan biologis secara umum yng berinteraksi dengan lingkungan dan dibangun kedalam konsepsi yang berkembang dalam benuk representasi kognitif melalui proses ekuilibrum. Pembangunan pengetahuan secara individual terjadi secara khusus pada diri seseorang, bergantung kepada pengetahuan awal dan cara mereka membangun dan meletakkannya didalam struktur kognitifnya. Berdasarkan proses yang dialami dalam membangun pengetahuan, konstruktivisme dikelompokan menjadi dua, yaitu personal dan social.
Siswa yang mengikuti pelajaran dalam perkembangannya sangat bervariasi kemampuan intelektualnya (differently-abled), dan kita hendaknya membantu siswa untuk bertahan dan dapat mempelajari mata pelajaran tersebut. Dengan demikian sekolah sebaiknya menciptakan suatu pembelajaran terhadap, baik yang diatas rerata maupun yang dibawah rerata, berupa lingkungan belajar dan pengalaman  yang memungkinkan siswa belajar.
Batasan remedial khususnya remedial dalam kelas, menurut Good (1973) dalam Sukardi (2008:228) didefinisikan sebagai berikut. Class remedial is a specially selected groups of pupils in need of more intensive instruction in some area education than is possibble in the regular classroom,  atau remedial kelas merupakan pengelompokkan siswa, khusus yang dipilih yang memerlukan pengajaran lebih pada mata pelajaran tertentu daripada siswa dalam kelas biasa. Tindakan kelas remedial yang berupa pengajaran kembali dengan materi pembelajaran yang mungkin diulang atau pemberian suplemen dengan soal dan latihan secara umum adalah termasuk dalam cakupan metode mengajar guru.
Remedial dalam Sukardi (2008:228) tidak lain adalah termasuk kegiatan pengajaran yang tepat diterapkan, hanya ketika ketika kesulitan dasar para siswa telah diketahui. Pembelajaran remedial merupakan tindakan korektif yang diberikan kepada siswa setelah kegiatan evaluasi dilakukan. Remedial pada umumnya mencakup pemahaman kebutuhan individual siswa, ditambah dengan metode pengajaran yang tepat yang diterapkan oleh guru agar membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Jadi dapat disimpulkan, pembelajaran remedial merupakan kelanjutan dari pembelajaran regular dikelas, hanya terhadap siswa yang masih memerlukan pembelajaran tambahan. Paling tidak ada tujuan pembelajaran “pengobatan” atau remedial ini. Pertama, setiap siswa berbeda dalam hal kemampuan belajar, standar akademik, belajar dikelas dan kinerja akademik dan setiap siswa harus belajar dengan cara menyesuaikan kurikulum sekolah, pendekatan, guru menyiapkan kegiatan belajar dan pengalaman langsung sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa. Kedua, melalui pembelajaran remedial guru menyiapkan pelatihan yang mengembangkan generic skills, meliputi: hubungan antar personal, berkomunikasi, pemecahan masalah, mengelola diri sendiri, belajar mandiri, berpikir mandiri, mengembngkan kreativitas dan penggunaan teknologi sebagai sumber belajar.
Siswa yang tergolong  kedalam kelompok yang harus dimasukkan kedalam kelompok pembelajaran remedial biasanya mengalami kesulitan dalam hal sebagai berikut:
a.         Kemampuan mengingat relative kurang.
b.         Perhatian yang sangat kurang dan mudah terganggu dengan sesuatu yang lain dsekitarnya pada saat belajar.
c.         Secara relative lemah kemampuan memahami secara menyeluruh.
d.        Kurang dalam hal memotivasi diri dalam belajar.
e.         Kurang dalam hal kepercayaan diri dan rendah harapan dirinya.
f.          Lemah dalam kemampuan memecahkan masalah.
g.         Sering gagal dalam menyimak suatu gagasan dari suatu informasi.
h.         Mengalami kesulitan dalam memahami suatu konsep yang abstrak.
i.           Gagal menghubungkan suatu konsep dengan konsep lainnya yag relevan.
j.           Memerlukan waktu relative lebih lama dari pada yang lainnya untuk menyelesaikan tugas-tugas
Pada umumnya, ada beberapa cara untuk menegatahui siswa yang memiliki siswa yang memiliki kesulitan belajar. Satu cara yang masih dirasakan efektif adalah menggunakan pendekatan survey untuk menjaring informasi tentang siswa yang mengalami kesulitan dan memerlukan remedial. Tes survey ini termasuk tes dalam program remedial yang direncanakan untuk memenuhi tujuan pembelajaran tersebut. Ketika siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat diidentifikasi, mereka kemudian dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil atau jika jumlah mereka sedikit, siswa dapat tetap disatukan dalam kelompok siswa yang tidak mengalami kesulitan belajar. Langkah berikut yang juga penting ialah siswa diwajibkan mengikuti program remedial dengan pemberian materi belajar tertentu.
Untuk meyakinkan bahwa skor pencapaian lebih bermakna, guru dapat mencari informasi tambahan yang berasal dari buku rapor siswa. Ada beberapa kemungkinan, ketika nilai satu siswa dibandingkan dengan nilai siswa lainnya. Mereka dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu kelompok siswa yang under achiever (pencapaian dibawah rerata), kelompok siswa yang dikategorikan mencapai nilai cukup (sekedar lulus atau rerata), serta kelompok siswa yang di atas rerata (siswa yang pada umumnya mampu dan lancar dalam menerima materi pembelajaran dari guru. Kelompok pencapaian hasil belajar di bawah rerata inilah, para siswa memerlukan kegiatan remedial.
Setelah para siswa yang termasuk under achiever dikelompokkan, selanjutnya mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan belajar mereka. Tujuan remedial adalah membantu para siswa agar dengan kemampuannya dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar. Untuk mencapai tujuan itu, guru harus perlu mempunyai kompetensi penting, yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan siswanya, kemudian membantu mereka untuk memperbaiki kelemahan dengan tetep membangun melalui kekuatannya. Sebagai contoh, jika siswa tidak memiliki ketidakmampuan  menghitung dalam satu topik matematika, guru perlu mengetahui bahwa ia mampu dalam mengerjakan keterampilan dan mungkin juga baik dalam bekerja sama. Dengan mengetahui kelemahan dalam menghitung, maka guru bisa mengelompokkan dengan siswa lain yang memiliki kesulitan sama dengan memberikan program remedial menghitung secara intensif. Misalnya dalam pembelajaran matematika, guru perlu mengetahui lebih jauh, dan mungkin ditemukan mereka lemah dalam menghitung pecahan.
2.    Model-model Pembelajaran Remedial
Berikut ini beberapa model pembelajaran remedial yang dapat dilakasanakan sesuai dengan kondisi sekolah, yaitu:
a.         Model Pembelajaran Remedial Di Luar Jam Sekolah (Outside School Hours)
Model ini membuat pembelajaran remedial untuk membantu keslitan belajar siswa terhadap satu atau beberapa materi subyek, sebelum atau setelah jam pelajaran dilaksanakan.
Beberapa pedoman dalam menerapkan model pembelajaran remedial outside school hours, yaitu sebagai berikut:
1)        Penekanan pada remedial yang bertujuan membantu siswa membangun dasar yang kokoh tentang belajar materi subyek yang dianggap sulit dan kemampuan belajar sendiri dengan bimningan guru.
2)        Guru hendaknya mengkaji intisari kurikulum yang menekankan pada ketuntasan belajar siswa, dan merencanakan materi tambahan yang sesuai agar dapat memantapkan pengetahuan dasar siswa. Pengetahuan dasar ini diperlukan dalam mempelajari materi lanjutan.
3)        Guru pembelajaran remedial dapat memberikan ilustrasi yang lebih banyak sebagai titian memahami materi subyek untuk membantu memantapkan pengetahuan yang diperlukan dan membangun konsep yang lebih baik (pembelajaran lebih efektif bagi siswa) daripada pembelajaran di kelas biasa. Guru dapat juga membarikan bimbingan mengisi LKS (Lembar Kerja Siswa), mencatat hal-hal pentimg, membahas soal ulangan, jika diperlukan.
4)        Hanya kelompok siswa yang peringkatnya sama yang mengikuti pembelajaran remedial pada topik yang sama.
5)        Jumlah jam pembelajaran remedial tidak sama dengan pembelajaran biasa, misalnya untuk sains 5 kali pertemuan, bahasa 5-6 kali pertemuan, dan matematika 3-5 kali pertemuan, sesuai dengan kesulitan siswa.
6)        Lamanya jam pelajaran remedial sebaiknya disesuaikan (sama) dengan jam pelajaran yang biasanya.
b.    Model Pembelajaran Remedial Pemisahan (Withdrawal)
Model pelaksanaan pembelajaran remedial ini, dengan cara memisahkan siswa dari kelas biasa ke dalam kelas remedial.
Beberapa pedoman dalam menerapkan model pembelajaran remedial outside school hours, yaitu sebagai berikut:
1)        Sekolah harus menjadwalkan secara tersendiri mata pelajaran dan topik serta daftar siswa yang akan dipisahkan bersesuaian dengan kebutuhan siswa.
2)        Bila jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran remedial mencapai 15 orang, sekolah hendaknya mengalokasikan sesuai dengan materi yang diperlukan, dan sebaiknya tidak lebih dari 15 orang dalam satu rombongan belajar.
3)        Sekolah juga menentukan prioritas yang akan dibahas sesuai dengan kebutuhan siswa, misalnya atas dasar konsep esensial, konsep prasyarat pada berikutnya dan tingkat kesulitan bagi siswa.
4)        Sesi remedial baiknya terhadap kelompok siswa yang mempunyai peringkat perkembangan intelektual (pemahaman konsep) sama. Hal ini memudahkan dalam memberikan fondasi pengetahuan kunci bagi siswa.
c.     Model Pembelajaran Remedial Tim (Co-Teaching)
Model pelksanaan pembelajara remedial ini memerlukan tim pengaja, dapat terdiri atas dua atau lebih anggota, bekerja bersama menyiapkan behan-bahan, pembelajaran dan penilaian hasil belajar yag mengacu kepada peningkatan keefektifan belajar.
Beberapa pedoman dalam menerapkan  model pembelajaran remedial outside school hours, yaitu sebagai berikut:
Persiapan
1)        Guru bersama-sama siswa menyusun rencana pembelajaran, menetukan tujuan pembelajaran dan kata kunci topik yang dipelajari, kegiatan dan aktivitas fisik dalam pembelajaran.
2)        Untuk memenuhi kebutuhan individual siswa, guru sebaiknya mendiskusikan strategi pembelajaran dan adaptasi kurikulum yang diperlukan. Juga merancang dan mengumpulkan bahan remedial untuk mengayakan materi pembelajaran yang ada dikurikulum.
3)        Peran dan tugas khusus guru, adalah merancang lembar kerja atau menyiapkan media pembelajaran yang secara jelas setiap topik pembahasan yang bertujuan membantu siswa memahami topik tersebut.
Presentasi pelajaran
Selama pembelajaran guru dapat mengadopsi pembelajaran dengan cara yang luwes sesuai dengan ciri topik serta tujuan dan materi pembalajaran. Berikut beberapa latihan yang umum, yaitu:
1)        Guru mempresentasikan materi subyek bersama-sama atau secara berurutan. Mereka juga dapat memberikan elaborasi atau ekspansi tambahan tentang sesuatu yang memungkinkan lebih jelas.
2)        Guru dapat mengganti perannnya secara bergantian, selama dalam pembelajaran sesuai dengan keadaan.
3)        Guru mendorong siswa yang lemah dengan membentuk kelompok kecil atau bimbingan secara individual untuk melengkapi dan membantu siswa dalam kinerjanya.
4)        Mengembangkan keterampilan dan kebiasaan belajar mandiri di antara siswa (cara memperoleh informasi), dan memberikan contoh-contoh yang faktual dan masukan kepada siswa.
5)        Mengobservasikan dan mencatat kinerja siswa. Sangat penting bagi mereka menunjukkan sikap dan perilaku belajar yang baik, untuk membantu konsentrasi, meningkatkan pertanyaan dan mengambil cattatan selama pelajaran.
6)        Mempertahankan agar kelas tetap tertib, dan suasana belajar dengan menciptakan suasana kelas saling membantu (berkolaborasi antar siswa).
Evaluasi dan review
1)        Mengevaluasi cara anggota tim dan perannya dalam bekerjasama dalam kelompok.
2)        Mengubah materi pembelajaran dan memperbaiki strategi pembelajaran dalam memenuhi kebutuhan siswa.
3)        Mengevaluasi kinerja siswa dan kemajuan belajarnya.
3.    Faktor-faktor Penyebab Pembelajaran Remedial
Beberapa faktor penyebabnya, yaitu faktor internal pribadi siswa, lingkungan pribadi, dan mungkin gabungan dari keduanya, juga faktor eksternal yang berkaitan erat dengan siswa.
a.    Faktor Penyebab Internal
Faktor penyebab internal diantaranya adalah perkembangan fisik dan kesehatan, yang utamanya mencakup kemampuan melihat dan mengembangkan keterampilan, di samping juga kemampuan beradaptasi secara individu.
1)    Kesehatan
Kondisi fisik siswa secara umum dapat mempengaruhi kemampuan mancapai sesuatu tujuan. Pencapaian hasil belajar, pada dasarnya merupakan usaha yang hanya dapat dicapai melalui kerja keras, tekun, dan dilakukan dengan komitmen tinggi. Kurang energi yang disebabkan kondisi fisik kurang sehat, dapat menutup kemungkinan siswa memiliki pengetahuan kemampuan yang kurang. Selain itu, siswa yang kurang sehat juga tidak bisa mencapai potensi yang sebenarnya. Hal ini termasuk juga dalam beberapa pencapaian tugas belajar yang kompleks yang dituntut oleh sekolah. Kurang sehatnya fisik seorang siswa dapat menyebabkan stamina cepat menurun, cepat lelah sehingga usaha mengusai materi pembelajaran tidak tercapai secara maksimal. Fisik siswa yang kurang sehat dapat dimungkinkan memiliki kaitan dengan beberapa faktor penyebab, misalnya gizi buruk, istirahat kurang, terlalu tegang atau stres, dan bekerja terlalu keras.
Faktor kesehatan fisik lain juga dapat menjadi penyebab kegagalan siswa adalah koordinasi motorik yang kurang baik. Ini dapat memengaruhi kemampuan siswa dalam menulis dan berolahraga. Koordinasi motorik yang lemah juga dapat menjadi penyebab kurangnya kemampuan siswa dalam mengadopsi keterampilan khusus yang diperlukan dalam proses pembelajaran, seperti berenang, menari, dan sebagainya.
2)    Problem Penyesuaian Diri
Faktor lain yang juga termasuk faktor internal siswa yaitu problem penyesuaian diri. Walaupun permasalahan ini erat kaitannya dengan faktor eksternal misalnya siswa lain, atau masyarakat di sekitar, namun sumber utama adalah berasal dari dalam diri siswa. Sebagai contoh, siswa yang memiliki gangguan emosi, pada awalnya menghambur-hamburkan energi mereka sebelum akhirnya dapat menggunakannya untuk kegiatan belajar. Siswa yang memiliki gangguan emosional, pada umumnya juga memiliki kesulitan dalam belajar. Beiehler (1971) dalam Sukardi (2008:232) menunjukkan bahwa siswa yang memiliki permasalahan belajar biasanya ditandai dengan adanya beberapa indikator, yaitu: kesiapan belajar yang buruk, kesulitan menghadapi tes, kemampuan bahasa yang buruk, lebih senang mengikuti belajar fisik dan praktis daripada belajar skolastik mental learning, penguasaan materi belajar yang lambat, serta kurang perhatian dalam mengikuti kegiatan sekolah.
b.    Faktor Penyebab Eksternal
Faktor eksternal siswa diantaranya lingkungan di sekitar siswa, seperti teman pergaulan di luar sekolah, kondisi orangtua siswa, dan juga kegiatan siswa di luar sekolah.
1)    Lingkungan
Faktor lingkungan pada umumnya muncul di luar situasi siswa. Faktor ini juga merupakan kesulitan dasar yang tidak mudah untuk diidentifikasi. Problem lingkungan muncul sebagai hasil reaksi atau perubahan dalam diri siswa terhadap keluarga dan lingkungannya, misalnya kondisi orang tua yang tidak harmonis.
2)    Cara Guru Mengajar yang Tidak baik
Guru kelas dapat dikategorikan faktor eksternal karena guru yang tidak baik dalam mengajar dapat menimbulkan kesulitan belajar pada siswa. Agar hal ini tidak terjadi maka guru perlu mengadakan perbaikan secara berkala, dalam penguasaan metode mengajar maupun dalam penguasaan materi yang hendak diajarkan.
3)    Orangtua siswa
Sumber eksternal lain adalah orangtua yang tidak mau atau mampu menyediakan buku atau fasilitas belajar yang memandai bagi anak-anaknya atau mereka  yang tidak mau mengawasi anak-anaknya agar belajar di rumah. Dengan adanya pengawasan, minimal mereka bisa mengetahui ketika anak mempunyai kesulitan belajar.
4)    Masyarakat Sekitar
Masyarakat di sekitar siswa dapat menjadi sumber masalah, ketika keberadaan masyarakat tidak kondusif terhadap kebutuhan siswa secara individual maupun kelompok. Siswa akan merasa berhasil atau bermanfaat, jika ia dapat merasakan manfaat yang nyata dari hasil belajar di sekolah dengan keberadaan di masyarakat, tempat mereka berada. Sebaliknya, siswa tidak akan merasakan hasil belajarnya, jika yang ia pelajari tidak bermanfaat atau tidak memberikan pengaruh baik langsung maupun tidak langsung dalam kehidupan siswa.
4.    Prinsip-prinsip Pembelajaran Remedial
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedial sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus antara lain:
a.    Adaptif
Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan daya tangkap, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing.
b.    Interaktif
Pembelajaran remedial hendaknya melibatkan keaktifan guru untuk secara intensif berinteraksi dengan peserta didik dan selalu memberikan monitoring dan pengawasan agar mengetahui kemajuan belajar peserta didiknya.
c.     Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian
Pembelajaran remedial perlu menggunakan berbagai metode pembelajaran dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
d.    Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin
Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin agar dapat menghindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut.
e.     Pelayanan Sepanjang Waktu
Pembelajaran remedial harus berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.
5.    Organisasi Pembelajaran Remedial
Pertama, perlu diadakan pencerahan kepada siswa bahwa tujuan khusus program remedial diantaranya adalah mengatasi kesulitan belajar. Ketika kesulitan belajar semakin menumpuk, maka dampak yang muncul adalah remedial pengajaran pun semakin kompleks.
Kedua, guru perlu menilai keberhasilan program remedial yang telah dilakukan. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru dimungkinkan pada saat yang diperlukan, mengubah metode dan menggunakan materi yang bervariasi agar siswa dapat mengatasi kesulitan belajarnya. Dalam kenyataannya, tidak semua siswa merespons dengan tingkat keberhasilan sama dalam pembelajaran remedial yang sama. Oleh karena itu perlu adanya evaluasi guna menentukan perkembangan dan prosedur yang hendak dilaksanakan di masa mendatang.
Ketiga, evaluasi remedial memiliki arti penting bagi orang-orang terdekat siswa. Oleh karena itu, perlu diberikan informasi kepada siswa dan orangtua mengenai perkembangan belajarnya. Dengan mengakui pencapaian hasil belajar dan tetap mendorong untuk terus belajar, motivasi belajar siswa diharapkan dapat meningkat, ketika siswa mengetahui hasil usaha belajar yang telah diikuti. Pada pembelajaran remedial ini, para guru juga perlu memerhatikan satu prinsip penting, yaitu bahwa semakin kurang kematangan siswa, semakin penting hasil remedial diterangkan dengan cara memberikan gambaran nyata, baik dengan grafik atau diagram lainnya yang relavan.
6.    Memberikan Pembelajaran Remedial
Guru merupakan ujung tombak dalam mengubah sikap siswa dari menarik diri atau antipasi belajar menjadi gairah dalam mencapai tujuan belajar. Para siswa yang mengalami permasalahan belajar harus diberi pemahaman dalam bentuk program-program yang direncanakan dalam bentuk kegiatan remedial. Mereka yang mempunyai problem diidentifikasi dan dipilih untuk kemudian diberi penjelasan secara intensif. Langkah berikutnya, materi belajar yang menjadikan problem diungkap kembali dengan diberikan soal dan latihan yang mendukung terealisasinya pencapaian hasil belajar. Para siswa juga perlu diberi pekerjaan rumah, karena memang kadang ada siswa yang ternyata dapat mengerjakan dengan baik apabila diberi waktu tambahan. Di samping itu, para guru tetap secara intensif memotivasi para siswa untuk terus belajar.
Tingkat awal remedial adalah membangun kembali keyakinan dalam diri siswa. Remedial yang baik pada umumnya mempunyia semua atribut mengajar yang baik, ditambah dengan contoh soal yang bisa digunakan untuk lebih memahami dan menguasai materi pembelajaran. Siswa diharapkan terus mengembangkan keyakinan, ketika ia memiliki pengalaman dan merasakan usaha mereka berhasil. Oleh karena itu, juga perlu bagi seorang guru mengetahui di mana kekuatan dan kelemahan siswa. Kekuatan yang ada digunakan untuk mengatasi kelemahan dan usaha tersebut untuk mencapai tingkat pencapaian hasil belajar.
Untuk tetap termotivasi dan interes untuk belajar, maka program remedial harus selalu ditekankan, tindakan menonton dan tanpa usaha perlu dihindari. Oleh karena itu, pendekatan mengajar yang variatif perlu diperhatikan oleh guru yang memberikan program remedial. Pendekatan yang variatif, relevan, dan menyenangkan pada prinsipnya sangat sesuai dengan prinsip pembelajaran kontektual, bisa mencegah ketegangan mental siswa dan merangsang untuk melakukan pengembangan diri dalam belajar. Materi pembelajaran memiliki nilai motivasi tinggi perlu selalu dicari untuk dikembangkan guna mengatasi permasalahan belajar. Jika siswa dapat membantu perencanaan guru, misalnya melalui pilihan materi pembelajaran, prosedur yang lebih mudah dipahami, siswa akan merasa beruntung. Jika keterlibatan siswa dalam pembelajaran remedial dapat direalisasi, implikasi perencanaan bersama tersebut akan dapat membangkitkan interes dasar mereka dan membangkitkan kepercayaan diri mereka untuk berhasil.
7.    Kebutuhan Pengajaran Remedial
 Tantangan, krisis dan kesenjangan belajar berpengaruh terhadap pertumbuhan jumlah siswa yang mengalami kesulitan belajar di sekolah, terutama bagi siswa lamban belajar dan berprestasi rendah.
Akibat tantangan, krisis dan kesenjangan belajar itu sangat dirasakan oleh siswa yang mengalami kesulitan belajar terutama siswa yang lamban belajar dan berprestasi rendah. Alasannya adalah sebagaiu berikut.
a.         Rendahnya kemampuan yang dimiliki siswa dalam menguasai pengetahuan yang dismpaikan guru dikelas, terutama pengetahuan yang dipelajari melalui cara-cara belajar tertentu sesuai dengan tuntutan kurikulum sekolah.
b.         Kebiasaan mempelajari pengetahuan melalui cara-cara lama yang sangat sulit diubah ke dalam cara-cara yang sesuai dengan tuntutan kurikulum sekolah.
c.         Kebiasaan tidak gemar membaca dan menulis akibat budaya yang diturunkan leluhurnya dari generasi ke generasi serta akibat besarnya perhatian kepada alat-alat teknologi dan lingkungan yang eksentrik, disamping faktor kelelahan.
d.        Tersebarnya obat-obat terlarang yang digunakan secara tidak profesional oleh sebagian siswa di sekolah, sehingga menimbulkan kemalasan yang tak terhingga dalam melakukan aktivitas belajar.
e.         Kurangnya perhatian orang tua di rumah dalam membimbing pendidikan anak-anaknya sehubung dengan faktor kesibukan dan kelalaian. Dikalangan mereka terdapat orang tua yang mencari nafkah jauh dari tempat tinggal tidak dapat membimbing anaknya denga baik bahkan bertemu pun  denga anak-anaknya seminggu atau dua minggu sekali bahkan berbulan-bulan.
f.          Kualitas pengajaran guru kurang memadai karena faktor intern dan ekstern yang tidak disukainya, antara lain pengetahuan, sikap, keterampilan, upah, suplai media sumber belajar, dan penghargaan yang dapat menimbulkan siswa kurang bermotivasi melakukan proses belajar yang optimal.
8.    Remedial secara Individual
Beberapa siswa yang mengalami kesulitan belajar, pada kasus tertentu mempunyai perasaan tidak pandai. Mereka merasa rendah diri atau inferior bahwa mereka tidak dapat berhasil. Bahkan ada yang merasa bahwa mereka berbeda dengan siswa lainnya. Beberapa siswa menarik diri dari pergaulan antarsiswa, bahkan ada yang benci dan menolak untuk diajar belajar kembali, namun pada sisi lain ada siswa yang merasionalisasi dalam pemikirannya bahwa keberhasilan dalam belajar tidak penting. Perasaan dan sikap yang demikian tidak akan membantu dalam usaha mencapai masa depannya yang cerah. Apabila hal demikian muncul, maka untuk mengatasinya diperlukan bimbingan konseling, agar mereka tidak jatuh pada rasa frustasi yang berkelanjutan.
Jika kesulitan siswa, baik yang bersumber internal maupun eksternal telah diidentifikasi, selanjutnya program remedial perlu diinformasikan. Jika siswa telah dimotivasi dalam kegiatan belajarnya maka kegiatan remedial ini sebaiknya dilakukan secara individual. Penilaian remedial pun difokuskan pada kebutuhan spesifik individual siswa.
Yang perlu diperhatikan oleh seorang guru adalah bahwa tidak semua remedial harus dilakukan secara individual, tetapi bisa juga remedial dilakukan secara berkelompok dengan membuat kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 atau 6 siswa yang memiliki problem sama. Di samping itu, ada juga kesempatan untuk remedial secara keseluruhan. Ini terjadi, ketika kelemahan atau kesulitan siswa ternyata menyeluruh dalam satu unit satuan pembelajaran.
9.    Peran Guru dalam Pembelajaran Remedial
Peranan yang dipikul guru dalam pembelajaran remedial itu, yaitu:
a.    Manusia Pelayanan
Dengan terkuasainya pemahaman kesulitan-kesulitan belajar siswadan keterampilan mengidentifikasi kesulitan-kesulitan itu, guru pendidikan remedial diharapkan mampu menempatkan dirinya sebagai pelayan ambulan untuk membantu siswa dalam memecahkan kesulitan menyesuaikan daripada tuntutan kurikulum sekolah. Manusiapelayan adalah manusia sabar, ikhlas, dan bertanggung jawab dalam mengemban tugasnya sebagai guru pendidikan remedial,dan memiliki keterampilan dalam melayani setiap kebutuhan siswa yang sedang mengalami kesulitan belajar.
b.    Agen Perubahan
Guru dalam pembelajaran remedial berperan sebagai pengembang pengubah kurikulum disekolah, ia bertugas pula melakukan tugas reformasi kelembagaan, selain menghubungkan tugasnya dengan tugas guru bidang studi lainnya, terutama merumuskan tujuan yang realistik dan kegiatan-kegiatan nyata dalam menghadapi siswa lamban belajar.sebagai agen perubahan, guru harus berani memberikan pendapat, sikap, dan aspirasinya kepada aparat kelembagaan yang terkait dengan tugas pembimbingan terhadap siswa yang sedang dihadapinya terutama yang menyangkut perubahan-perubahan kurikulum dan kelembagaan yang harus dilakukannya sesuai dengan kebutuhan yang dirasakannya tertentu dilapangan.
c.     Motivator
Guru pendidikan remedial berperan pula sebagai pendorong para ilmuwan untuk melakukan penelitian-penelitian yang dapat membantu memudahkan mencari dan menemukan sebab-sebab kesulitan belajar siswa, pengetahuan memprediksinya, dan latihan-latihan yang relevan dengan kebutuhan siswa.
d.    Pencegah
Guru dalam pembelajaran remedial dapat berperan pula sebagai pencegah terjadinya kesulitan belajar siswa. Pengetahuannya di bidang psikometri guru harus sanggup menyampaikan pengalaman-pengalamannya kepada guru dan anggota staf lainnya mengenai langkah-langkah yang harus dilakukannya dalam menyembuhkan kesulitan siswa dalam menghadapi pelajaran di sekolah, paling tidak pengetahuan tentang cara-cara mencegah kemungkinan terjadi kegagalan.
e.     Konsultan
Menurut konsep baru pendidikan bahwa setiap guru di sekolah berperan sebagai guru dalam pembelajaran remedial. Sebagai ahli dalam bidang pendidikan anak-anak, guru harus menyampaikan nasehat kepada guru lainnya yang membutuhkan pengetahuan pelayanan bimbingan dan penyuluhan.
f.     Pemberi Resep
Guru dalam pembelajaran remedial berperan juga sebagai resep untuk menyembuhkan siswa lamban belajar. Dengan pengalaman-pengalamannya guru harus bersedia memberi catatan penting tentang cara-cara penyembuhan siswa lamban belajar.
g.    Ekspert
Guru dalam pembelajaran remedial berperan pula sebagai seorang expert, artinya ia berfungsi sebagai peneliti, pengumpul, pengolah dan penyimpul data hasil penelitian.
B.       Pembelajaran Pengayaan
1.    Pengertian Pembelajaran Pengayaan
Dalam kurikulum dirumuskan secara jelas kompetensiinti (KI) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik. Penguasaan KI dan KD setiap siswa diukur dengan menggunakan sistem penilaian acuan kriteria (PAK). Jika seorang siswa mencapai standar tertentu maka peserta didik tersebut dipandang telah mencapai ketuntasan.
Oleh karena itu pembelajaran pengayaan dapat diartikan :memberikan tambahan/perluasan pengalaman atau kegiatan siswa yang teridentifikasi melampaui ketuntasan belajar yang ditentukan oleh kurikulum.
Metode yang digunakan dapat bervariasi sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan belajar yang dialami siswa. Dalam program pengayaan, media belajar harus benar-benar disiapkan guru agar dapat memfasilitasi siswa dalam menguasai materi yang diberikan
Dalam pembelajaran pengayaan, guru juga dapat memberikan pendalaman dan perluasan dari KD yang sedang diajarkan atau memberikan materi dalam KD yang berikutnya. Selain itu, guru memfasilitasi siswa untuk memperkaya wawasan dan keterampilannya serta mampu mengaplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran pengayaan diberikan kepada siswa yang telah melampaui ketuntasan belajar dengan memerlukan waktu lebih sedikit daripada teman-teman lainnya. Waktu yang masih tersedia dapat dimanfaatkan siswa untuk memperdalam/memperluas atau mengembangkan hingga mencapai tahapan networking (jejaring) dalam pendekatan ilmiah (scientific approach). Guru dapat memfasilitasi peserta didik dengan memberikan berbagai sumber belajar, antara lain: perpustakaan, majalah atau koran, internet, narasumber/pakar, dll.
2.    Model-model Pembelajaran Pengayaan
Ada dua model pembelajaran bagi siswa yang memerlukan pembelajaran pengayaan karena memiliki kecakapan yang lebih. Pertama,  siswa yang berkemampuan belajar lebih cepat diberi kesempatan “memberikan pelajaran tambahan” kepada siswa yang lambat dalam belajar (mentoring and tutoring). Kedua, pembelajasran yang memberikan suatu proyek khusus yang dapat dilakukan dalam kurikulum ekstrakulikuler dan diprenstasikan didepan teman-temannya.
a.         Pembelajaran Model Mentoring dan Tutoring
Beberapa para pendidikan berpandangan adalah baik menempatkan anak yang mempunyai kecakapan belajar sangat cepat bersama-sama dengan siswa yang berkecakapan pada umumnya. Metode ini disebut dengan inclusion. Siswa yang mempunyai kecakapan unggul dapat bertindak sebagai tutor atau mentor rekan sejawat yang relatif lambat dalam belajarnya. Slavin (2003:308) menyatakan tutorial dari rekan sejawat merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan belajar baik pada tutor maupun pesertanya, tidak ada yang meragukan kesesuaian strategi ini terhadap kebutuhan kelas (peserta).
Para pendukung model ini berpendapat bahwa seringkali siswa yang mengalami hambatan belajar mengikuti pembelajaran oleh gurunya akan lebih memudahkan memahami pelajaran bila dibahas oleh rekan sejawatnya, sesama siswa. Bagi siswa yang mempunyai keunggulan (sebagai tutor dan mentor) dapat lebih memantapkan diri melalui mengekspresikan (merepresentasikan ulang) konsep yang telah dipelajarinya dengan rumusan yang telah dibuatnya sendiri oleh siswa bersangkutan.
Beberapa hal yang mesti diperhatikan agar pembelajaran melalui mentoring dan tutoring dapat berjalan dengan baik. Pertama, tutor perlu diberikan bekal latihan membimbing pembelajaran. Kedua, tutor dan siswa hendaknya jelas perannya masing-masing dan harapan yang dilakukan. Ketiga, tutor dan siswa memerlukan supervisi dan masukan tentang kinerjanya, khususnya pada saat awal proses tutorial. Keempat, guru dengan tutor hendaknya menciptakan cara yang efektif dan efisien dalam merekam dan melaporkan kemajuan yang dicapainya.
b.    Pembelajaran Model Proyek
Model pembelajaran pengayaan yang lain bagi siswa ynag mempunyai kemampuan belajar lebih cepat daripada siswa rata-rata, yaitu dengan memberikan tugas khusus (proyek). Proyek yang ditugaskan kepada siswa berkemampuan lebih ini sebagai tindak lanjut dari pengetahuan yang diopelajarinya. Tugas yang dilakukan siswa berupa pengayaan horizontal, yaitu mencari contoh-contoh lain dari yang telah dipelajarinya di kelas dan penjelasan yang original dari contoh baru tersebut.
Alternatif lain model proyek, adalah tugas yang dilakukan siswa mencari penjelasan lebih lanjut (pendalaman secar vertikal) dari sekedar pengetahuan yang dipelajarinya dalam pembelajaran biasa.
Kedua model jenis proyek ini yang dapat dijadikan sebagai tugas bagi siswa tersebut, berupa penelitian sederhana, berdasarkan sumber informasi yang digunakan siswa, yaitu penelitian literatur (dari berbagai buku teks), penelitian empiris (melakukan observasi langsung ke lapanga dengan eksperimen atau mengamati fenomena sebenarnya di alam), atau mencari data dari berbagai narasumber yang berkompeten. Masalah atau kasus yang dijadikan sebagai fokus penelitian dapat diajukan oleh siswa, diberikan oleh guru, masalah yang ditemui siswa lain, atau negosiasi antara guru dan siswa.
3.    Jenis-jenis Pembelajaran Pengayaan
Ada beberapa jenis pembelajaran pengayaan, yaitu:
a.     Kegiatan eksploratori, yang masih terkait dengan KD yang sedang dilaksanakan yang dirancang untuk disajikan kepada peserta didik. Sajian yang dimaksud contohnya : bisa berupa peristiwa sejarah, buku, narasumber, penemuan, uji coba, yang secara regular tidak tercakup dalam kurikulum.
b.    Keterampilan proses, yang diperlukan oleh peserta didik agar berhasil dalam melakukan pendalaman dan investigasi terhadap topik yang diminati dalam bentuk pembelajaran mandiri.
c.     Pemecahan masalah, yang diberikan kepada peserta didik yang memiliki kemampuan belajar lebih tinggi berupa pemecahan masalah nyata dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah atau pendekatan investigatif/ penelitian ilmiah. Pemecahan masalah ditandai dengan:
1)        Identifikasi bidang permasalahan yang akan dikerjakan.
2)        Penentuan fokus masalah/problem yang akan dipecahkan.
3)        Penggunaan berbagai sumber.
4)        Pengumpulan data menggunakan teknik yang relevan.
5)        Analisis data.
6)        Penyimpulan hasil investigasi.
4.    Prinsip-prinsip Pembelajaran Pengayaan
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengonsep program pengayaan menurut Khatena (1992):
a.    Inovasi
Guru perlu menyesuaikan program yang diterapkannya dengan kekhasan peserta didik, karakteristik kelas serta lingkungan hidup dan budaya peserta didik.
b.    Kegiatan yang Memperkaya
Dalam menyusun materi dan mendisain pembelajaran pengayaan, kembangkan dengan kegiatan yang menyenangkan, membangkitkan minat, merangsang pertanyaan, dan sumber-sumber yang bervariasi dan memperkaya.
c.     Merencanakan Metodologi yang Luas dan Metode yang Lebih Bervariasi
   Misalnya dengan memberikan project, pengembangan minat dan aktivitas-akitivitas menggugah (playful). Menerapkan informasi terbaru, hasil-hasil penelitian atau kemajuan program-program pendidikan terkini.


Sumber:
Alit, Made Mariana. Dr. 2004. Pembelajaran Remedial. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Subali, Bambang. Dr. M.S., 2010. Penilaian, Evaluasi dan Remediasi Pembelajaran. Yogyakarta: UNY.
Sukardi, M. Prof. H., 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Yogyakarta: Katalog Dalam Terbitan (KDT).
Wijaya, Cecep. Drs. H., 2007. Pendidikan Remedial Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Panduan Teknis Pembelajaran Remedial dan Pengayaan di Sekolah Dasar. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
http://jurnal.upi.edu/jmipa/autor/rika-rachmita-sujatma-(sma-negeri-1-subang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar