Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis Sekolah
A.
Pengertian
Manajemen Berbasis Sekolah
Pengertian manajemen menurut Hasibuan
merupakan ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
tertentu. Definisis manajemen tersebut menjelaskan pada kita bahwa untuk
mencapai tujuan tertentu, maka kita tidak bergerak sendiri, tetapi membutuhkan
kerja sama dengan orang lain.
Berdasarkan
fungsi pokoknya, istilah manajemen dan administrasi mempunyai fungsi yang sama,
yaitu: merencanakan (planning), mengorganisasikan (organising), mengarahkan
(directing), mengkoordinasikan (coordinating), mengawasi (controlling), dan
mengevaluasi (evaluation).
Menurut
Gaffar (1989) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan mengandung arti sebagai
suatu proses kerjasama yang sistematik, sistemik, dan kompherensif dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Istilah
Manajemen Berbasis Sekolah merupakan terjemahan dari “School based Management”.
MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) merupakan paradigma baru pendidikan, yang
memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah (pelibatan masyarakat) dalam
kerangka kebijakan pendidikan nasional.
Menurut
Edmond yang dikutip Suryosubroto merupakan alternatif baru dalam pengelolaan
pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreativitasan sekolah.
Nurcholis mengatakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan bentuk
alternatif sekolah sebagai hasil dari desentralisasi pendidikan.
Secara
umum, Manajemen Peningkatan Berbasis Sekolah dapat diartikan sebagaimodel
manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong
pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga
sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua siswa, dan
masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan
nasional.
Manajemen
sekolah seringkali disandingkan dengan istilah administrasi sekolah. Dalam hal
ini, istilah manajemen diartikan sama dengan istilah administrasi atau
pengelolaan, yaitu segala usaha bersama untuk mendayagunakan sumber-sumbar, baik
personal maupun material, secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya
tujuan pendidikan disekolah secara optimal.
B.
Karakteristik
Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen
berbasis sekolah memiliki karateristik yang perlu dipahami oleh sekolah yang akan
menerapkannya. Dengan kata lain, jika sekolah ingin sukses dalam menerapkan Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS). Sejumlah karakteristik MBS tersebut harus dimiliki.
Jika MBS merupakan wadah/kerangka, sekolah efektif merupakan isinya. Oleh
karena itu karakteristik MBS memuat secara inklusif elemen-elemen sekolah
efektif yang dikategorikan menjadi input, proses, dan output.
1.
Output
yang diharapkan
Sekolah tentu memiliki output yang
diharapkan. Output sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan melalui
proses pembelajaran dan manajemen disekolah. Pada umumnya, output dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu : output berupa prestasi akademik (academic
achivement) dan output yang berupa prestasi non akademik (nonacademic
achievement). Output prestasi akademik misalnya : NUAN/NUNAS, Lomba Krya Ilmiah
Remaja, lomba (Bahasa inggris, Matematika, Fisika, dll), cara berfikir (kritis,
kreatif divergen, nalar, rasional, induktif, deduktif dan ilmiah). Output non
akademik misalnya : akhlak/budi pekerti, dan perilaku sosial yang baik seperti
kejujuran, rasa kasih sayang yang tinggi terhadap sesama, solidaritas yang
tinggi, toleransi, kedisiplinan, kerajinan, prestasi olahraga, kesenian dan
kepramukaan.
2.
Proses
Sekolah
yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah karakteristik proses sebagai
berikut:
a.
Proses belajar mengajar dengan
efektivitas yang tinggi
Sekolah yang menerapkan MBS memiliki
efektifitas proses belajar mengajar (PBM) yang tinggi. Hal ini ditunjukan olah
sifat PBM yang menekankan pada pemberdayaan peserta didik. PBM bukan sekedar
memorisasi dan recall atau penekan pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang
diajarkan (logos), tetapi lebih menkankan pada internalisasi tentang apa yang
diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan dihayati
(ethos) serta dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik
(phatos). Belajar yang efektif mengacu kepada :
1)
Learning
to know yaitu belajar untuk mengetahui
2)
Learning
to do yaitubelajar untuk melakukan
3)
Learning
to live together yaitu belajar untuk bermasyarakat
4)
Learning
to be yaitu belajar tentang apa yang bisa dihubungkan
dengan kehidupan sehari-hari
5)
Learning
to religi yaitu belajar untuk memahami agama.
Dengan demikian, belajar akan
memiliki efektifitas yang tinggi.
b.
Kepemimpinan sekolah yang kuat
Pada
sekolah yang menetapkan MBS, Kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam
mengoordinasikan, menggerakan, dan menyeraskan semua sumber daya pendidikan
yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang
dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran
sekolahnya melalui program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap.
Oleh
karena itu, kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan manajemen dan
kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan dan inisiatif prakarsa
untuk meningkatkan mutu sekolah. Secara umum, kepala sekolah yang tangguh
memiliki kemampuan memobilisasi sumber daya sekolah terutama sumber daya
manusia untuk mencapai tujuan sekolah.
c.
Lingkungan sekolah yang aman dan tertib
Sekolah
dengan MBS memiliki lingkungan sekolah yang aman dan tertib. Sekolah memilki
lingkungan (iklim) belajar yang aman, tertib, dan nyaman sehingga proses
belajar mengajar dapat berlangsung dengan nyaman. Karena itu, sekolah yang
efektif selalu menciptakan iklim sekolah yang aman, nyaman dan tertib melalui
pengupayaan faktor-faktor yang dapat menumbuhkan iklim tersebut. Dalam hal ini
kepala sekolah memegang peranan yang sangat penting.
d.
Pengelolaan tenaga kependidikan yang
efektif
Sekolah dengan SBM memiliki pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif. Tenaga
kependidikan, terutama guru merupakan jiwa dari sekolah. Sekolah hanyalah
merupakan wadah dan sekolah yang menerapkan MBS menyadari tentang hal ini. Oleh
karena itu, pengelolaan tenaga kependidikan, mulai dari analisa kebutuhan,
perencanaan, pengembangan, evaluasi kinerja, hubungan kerja, hingga imbal jasa
merupakan garapan penting bagi seorang kepala sekolah.
Pada
pengembangan tenaga kependidikan, hal tersebut harus dilaksanakan secara terus
menerus mengingat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian
pesat. Tenaga kependidikan yang diperlukan untuk menyukseskan MBS adalah tenaga
kependidikan yang mempunyai komitmen tinggi dan selalu mampu dan sanggup
menjalankan tugasnya dengan baik.
e.
Sekolah Memiliki Budaya Mutu
Sekolah MBS memiliki budaya mutu yang memiliki elemn-elemen sebagai
berikut: 1) informasi kualitas harus digunakan untuk perbaikan, bukan untuk
mengadili/mengontrol orang; 2) kewenangan harus sebatas pada tanggungjawab; 3)
hasil harus diikuti penghargaan (rewards)
atau sanksi (punishment); 4)
kolaborasi dan sinergi, bukan kompetisi, harus menjadi basis untuk kerjasama; 5)
warga sekolah merasa aman terhadap pekerjaannya; 6) atmosfir keadilan (fairness) harus ditanamkan; 7) imbal
jasa harus sepadan dengan nilai pekerjaannya; dan 8) warga sekolah merasa
memiliki sekolah.
f.
Sekolah Memiliki Teamwork yang Kompak, Cerdas, dan
Dinamis
Sekolah dengan MBS memiliki Team work. Team Work merupakan karakteristik
yang dituntut oleh MBS, karena output pendidikan
merupakan hasil kolektif warga sekolah, bukan hasil individual. Uraian dari team work itu sendiri
adalah : t = together (bersama), e= empathy (peduli), a= assist (saling
membantu), m= maturity, w= willingnes (sukarela), o= organisation
(pengorganisasian), r= respect, k= kidness
(ramah).
g. Sekolah Memiliki Kewenangan (Kemandirian)
Sekolah dengan MBS memiliki ewenangan sekolah yaitu melaksanakan yang
terbaik bagi sekolahnya, sehingga dituntut untuk memiliki kemampuan dan
kesanggupan kerja yang baik. Untuk menjadi mandiri sekolah harus memiliki
sumber daya yang cukup untuk menjalankan tuganya.
h. Partisipasi yang Tinggi dari Warga
Sekolah dan Masyarakat
Sekolah yang
menerapkan MBS memiliki karakteristik bahwa partisipasi warga sekolah dan
masyarakat merupakan bagian kehidupannya. Hal ini dilandasi oleh keyakinan
bahwa makin tinggi tingkat partisipasi, makin besar rasa memiliki; makin besar
pula rasa tanggung jawab, makin besar pula tingkat dedikasinya.
i. Sekolah Memiliki Keterbukaan
(Transparansi) Manajemen
Keterbukaan/transparansi
dalam pengelolaan sekolah merupakan karakteristik sekolah yang menerapkan MBS.
Keterbukaan/transparansi ini ditunjukkan dalam pengambilan keputusan,
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, penggunaan uang, dan sebagainya yang
selalu melibatkan pihak-pihak terkait sebagai alat kontrol.
j. Sekolah Memiliki Kemauan untuk
Berubah (Psikologi dan Fisik)
Perubahan
harus merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi semua warga sekolah. Sebaliknya,
kemapanan merupakan musuh sekolah. Tentu saja yang dimaksud dengan perubahan
adalah peningkatan, baik bersifat fisik maupun psikologis. Artinya, setiap
perubahan dilakukan, hasilnya diharapkan lebih baik dari sebelumnya (ada
peningkatan) terutama mutu peserta didik.
k. Sekolah Melakukan Evaluasi dan Perbaikan
Secara Berkelanjutan
Sekolah dengan MBS selalu melakukan evaluasi dan perbaikan secara
berkelanjutan. Evaluasi belajar secara teratur bukan hanya ditujukan untuk mengetahui
tingkat daya serap dan kemampuan peserta didik, tetapi yang terpenting adalah
bagaimana memanfaatkan hasil evaluasi belajar tersebut untuk memperbaiki dan
menyempurnakan proses belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu, fungsi
evaluasi menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan mutu peserta didik
dan mutu sekolah secara keseluruhan dan terus menerus.
Perbaikan
secara terus-menerus harus menjadi kebiasaan warga sekolah. Tiada hari tanpa
perbaikan. Oleh karena itu, harus ada sistem mutu yang baku sebagai acuan bagi
perbaikan. Sistem mutu yang dimaksud harus mencakup struktur organisasi,
tanggung jawab, prosedur, proses, dan sumberdaya untuk menerapkan manajemen
mutu.
l. Sekolah Responsif dan Antisipatif
terhadap Kebutuhan
Sekolah
selalu tanggap/responsif terhadap berbagai aspirasi yang muncul bagi
peningkatan mutu. Oleh karena itu, sekolah harus selalu dapat membaca
lingkungan dan menanggapinya secara cepat dan tepat. Sekolah dituntut untuk
tidak hanya mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan/tuntutan, akan tetapi
juga mampu mengantisipasi hal-hal yang mungkin akan terjadi. Menjemput bola
adalah padanan kata yang tepat bagi istilah antisipatif.
m. Memiliki Komunikasi yang Baik
Sekolah dengan MBS memiliki komunikasi
yang baik, terutama antar warga sekolah dan juga antara sekolah dan masyarakat
sehingga kegiatan yang dilakukan oleh tiap-tiap warga sekolah dapat diketahui.
Dengan cara seperti ini, keterpaduan semua kegiatan sekolah dapat diupayakan
untuk mencapai tujuan dan sasaran sekolah yang telah dipatok. Selain itu,
komunikasi yang baik juga akan membentuk teamwork
yang kuat, kompak, dan cerdas sehingga berbagai kegiatan sekolah dapat
dilakukan secara merata oleh warga sekolah.
n.
Sekolah Memiliki Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah bentuk pertanggungjawaban yang harus dilakukan sekolah
terhadap keberhasilan program yang telah dilaksanakan. Akuntabilitas ini
berbentuk laporan prestasi yang dicapai dan dilaporkan kepada pemerintah,
orangtua siswa, dan masyarakat. Berdasarkan laporan hasil program tersebut,
pemerintah dapat menilai apakah program MBS telah mencapai tujuan yang
dikehendaki atau tidak.
Jika berhasil, pemerintah perlu memberikan penghargaan kepada sekolah yang
bersangkutan sehingga dapat menjadi faktor pendorong untuk terus meningkatkan
kinerjanya di masa yang akan datang. Akan tetapi, jika program tidak berhasil,
pemerintah perlu memberikan teguran sebagai hukuman atas kinerjanya yang
dianggap tidak memenuhi syarat. Demikian pula, para orangtua siswa dan anggota
masyarakat dapat memberikan penilaian apakah program ini dapat meningkatkan
prestasi anaknya secara individual dan kinerja sekolah secara keseluruhan.
Apabila hal ini berhasil dilakukan, orangtua peserta didik perlu memberikan
semangat dan dorongan untuk peningkatan program yang akan datang. Akan tetapi,
jika program tersebut kurang berhasil, orangtua siswa dan masyarakat berhak
meminta pertanggungjawaban dan penjelasan sekolah atas kegagalan program MBS
yang telah dilakukan. Dengan cara seperti ini, sekolah tidak akan main-main
dalam melaksanakan program pada tahun-tahun yang akan datang.
o. Manajemen Lingkungan Hidup Sekolah
Baik
Sekolah efektif melaksanakan manajemen lingkungan hidup sekolah secara
efektif. Sekolah memiliki perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengoordinasian, dan pengevaluasian pendidikan kecakapan hidup (program
adiwiyata) yang dikembangkan secara terus menerus dari waktu ke waktu. Sekolah
melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan
kesadaran warga sekolah tentang nilai-nilai lingkungan hidup dan mampu mengubah
perilaku dan sikap warga sekolah untuk menuju lingkungan hidup yang sehat.
p. Sekolah Memiliki Kemampuan Menjaga
Sustainabilitas
Sekolah yang efektif juga memiliki kemampuan untuk menjaga kelangsungan
hidupnya (sustainabilitas), baik dalam program maupun pendanaannya.
Sustainabilitas program dapat dilihat dari berkelanjutan program-program yang
telah dirintis sebelumnya dan bahkan berkembang menjadi program-program baru
yang belum pernah ada sebelumnya.
Sustainabilitas pendanaan dapat ditunjukkan oleh kemampuan sekolah dalam
mempertahankan besarnya dana yang dimiliki dan bahkan makin besar jumlahnya.
Sekolah memiliki kemampuan menggali sumberdana dari masyarakat, dan tidak sepenuhnya
menggantungkan subsidi dari pemerintah bagi sekolah-sekolah negeri.
3.
Input
Pendidikan
a.
Memiliki Kebijakan, Tujuan, dan Sasaran Mutu yang
Jelas
Secara
formal, sekolah menyatakan dengan jelas tentang keseluruhan kebijakan, tujuan,
dan sasaran sekolah yang berkaitan dengan mutu. Kebijakan, tujuan, dan sasaran
mutu tersebut dinyatakan oleh kepala sekolah dan disosialisasikan kepada semua
warga sekolah sehingga tertanam pemikiran, tindakan, kebiasaan, hingga sampai
pada kepemilikan karakter mutu oleh warga sekolah.
b. Sumberdaya Tersedia dan Siap
Sumberdaya
merupakan input penting yang
diperlukan untuk kelangsungan proses pendidikan di sekolah. Tanpa sumberdaya
yang memadai, proses pendidikan di sekolah tidak akan berlangsung secara
memadai dan pada akhirnya sasaran sekolah tidak akan tercapai. Sumberdaya dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu sumberdaya manusia dan sumberdaya selebihnya
(uang, peralatan, perlengkapan, bahan, dan sebagainya) dengan penegasan bahwa
sumberdaya selebihnya tidak mempunyai arti apapun bagi perwujudan sasaran
sekolah tanpa campur tangan sumber daya manusia. Secara umum, sekolah yang
menerapkan MBS harus memiliki tingkat kesiapan sumberdaya yang memadai untuk
menjalankan proses pendidikan. Artinya, segala sumberdaya yang diperlukan untuk
menjalankan proses pendidikan harus tersedia dan dalam keadaan siap. Ini bukan
berarti bahwa sumberdaya yang ada harus mahal, tetapi sekolah yang bersangkutan
dapat memanfaatkan keberadaan sumberdaya yang ada dilingkungan sekolahnya. Oleh
karena itu, diperlukan kepala sekolah yang mampu memobilisasi sumberdaya yang
ada disekitarnya.
c. Staf yang Kompeten dan Berdedikasi
Tinggi
Meskipun
pada butir (b) telah disinggung tentang ketersediaan dan kesiapan sumberdaya
manusia (staff), pada butir ini perlu ditekankan lagi karena staf merupakan
jiwa sekolah. Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki staf yang mampu
(kompeten) dan berdedikasi tinggi terhadap sekolahnya. Implikasinya jelas,
yaitu bagi sekolah yang ingin memiliki efektivitas yang tinggi, kepemilikan
staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi merupakan suatu keharusan.
d. Memiliki Harapan Prestasi yang
Tinggi
Sekolah yang
menerapkan MBS mempunyai dorongan dan harapan yang tinggi untuk meningkatkan
prestasi peserta didik dan sekolahnya. Kepala sekolah memiliki komitmen dan
motivasi yang kuat untuk meningkatkan mutu sekolah secara optimal. Guru
memiliki komitmen dan harapan yang tinggi bahwa anak didiknya dapat mencapai
tingkat prestasi yang maksimal, walaupun dengan segala keterbatasan sumberdaya
pendidikan yang ada di sekolah.
Peserta
didik juga mempunyai motivasi untuk selalu meningkatkan diri untuk berprestasi
sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Harapan terbesar dari ketiga unsur
sekolah ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan sekolah selalu dinamis
untuk menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya.
e. Fokus pada Pelanggan (Khususnya
Siswa)
Pelanggan,
terutama siswa, harus menjadi fokus dari semua kegiatan sekolah. Artinya, semua
input dan proses yang dikerahkan di
sekolah tujuan utamanya adalah meningkatkan mutu dan kepuasan peserta didik.
Konsekuensi logis dari semua hal tersebut adalah penyiapan input dan proses belajar mengajar harus benar-benar mewujudkan
sosok utuh mutu dan kepuasan yang diharapkan dari siswa.
f. Input Manajemen
Sekolah yang
menerapkan MBS memiliki input
manajemen yang memadai untuk menjalankan roda sekolah. Kepala sekolah dalam
mengatur dan mengurus sekolahnya menggunakan sejumlah input manajemen. Kelengkapan dan kejelasan input manajemen akan membantu kepala sekolah mengelola sekolahnya
dengan efektif.
Input manajemen
yang dimaksud meliputi: tugas yang jelas, rencana yang rinci dan sistematis,
program yang mendukung bagi pelaksanaan rencana, ketentuan-ketentuan (aturan
main) yang jelas sebagai panutan bagi warga sekolahnya untuk bertindak, dan
adanya sistem pengendalian mutu yang efektif dan efisien untuk meyakinkan agar
sasaran yang telah disepakati dapat dicapai.
C.
Tujuan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Terdapat
beberapa tujuan didalam Manajemen Berbasis Sekolah, yaitu sebagai berikut :
1.
Meningkatkan mutu pendidikan mealui
kemandirian dan inisiatif sekoalh dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya
yang tersedia
2.
Meningkatkan kepedulian warga sekolah
dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan
bersama
3.
Meningkatkan tanggung jawab sekolah
kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah tentang mutu sekolahnya, dan
4.
Meningkatkan kompetisi yang sehat antar
sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.
Kewenangan
yang bertumpu pada sekolah merupakan inti dari Manajemen Berbasis Sekolah
merupakan inti dari MBS yang dipandang memiliki tingkat efektifitas tinggi
serta memberikan beberapa keuntungan, sebagai berikut :
1.
Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah
membewa pengaruh langsung kepada peserta didik, orang tua dan guru
2.
Bertujuan bagaimana memenfaatkan sumber
daya lokal
3.
Efektif dalam melakukan pembinaan
peserta didik seperti kehadiran, hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat
putus sekolah, moral guru, dan iklim sekolah
4.
Adanya perhatian bersama untuk mengambil
keputusan, memberdayakan guru, manajemen sekolah, rancangan ulang sekolah dan
perubahan perencanaan.
D.
Manfaat
Manajemen Sekolah (MBS)
Manajemen
Berbasis Sekolah memberikan beberapa manfaat diantaranya adalah sebagai berikut
:
1.
Dengan kondisi setempat, sekolah dapat
meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada
tugasnya
2.
Keleluasaan dalam mengelola sumber daya
dan menyertakan masyarakat untuk berpartisipasi, mendorong profesionalisme
kepala sekolah, dalam peranannya sebagai manajemen maupun pemimpin sekolah
3.
Guru didorong/dituntut untuk berinovasi
4. Rasa tanggap sekolah
terhadap kebutuhan setempat meningkat dan menjamin layanan pendidikan sesuai
dengan tuntutan masyarakat sekolah dan peserta didik.
Sumber:
http://izzaucon.blogspot.co.id/2014/06/karakteristik-manajemen-berbasis-sekolah.html?m=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar