Jumat, 19 Desember 2014

idealisme dalam pendidikan






IMPLIKASI IDEALISME  DALAM PENDIDIKAN

            Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio.  Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Sejarah filsafat kaya dengan ide-ide yang membahas mengenai pendidikan, sehingga munculah salah-satu cabang filsafat dalam disiplin ilmu yang disebut dengan filsafat pendidikan. Filsafat sebagai the mother of knowledge juga memikirkan masalah pendidikan akhirnya muncul pandangan-pandangan filsafat dalam pendidikan.
            Didalam ilmu filsafat terdapat beberapa aliran-aliran. Yang disetiap alirannya memiliki pandangan yang berbeda pada hakikat kenyataan, aliran-aliran itu meliputi diantaranya aliran Materialisme, Idealisme, Realisme, dan Pragmatisme. Dalam aliran Materialisme berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Idealisme adalah sebuah istilah yang digunakan pertama kali dalam dunia filsafat oleh Leibniz pada awal abad 18. ia menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato, Istilah Idealisme adalah aliran filsafat yang memandang yang mental dan ideasional sebagai kunci ke hakikat realitas. Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Kata “Idealisme” berasal dari kata ide yang artinya adalah dunia di dalam jiwa, jadi pandangan ini lebih menekankan hal-hal bersifat ide, dan merendahkan hal-hal yang materi dan fisik.
            Idealisme termasuk aliran filsafat pada abad modern. Idealisme berasal dari bahasa Inggris yaitu Idealism dan kadang juga dipakai istilahnya mentalism atau imaterialisme. Istilah ini pertama kali digunakan secara filosofis oleh Leibnez pada mula awal abad ke-18. Leibniz memakai dan menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato, secara bertolak belakang dengan materialisme Epikuros. Idealisme ini merupakan kunci masuk hakekat realitas. Idealisme diambil dari kata ide yakni sesuatu yang hadir dalam jiwa. Idealisme dapat diartikan sebagai suatu paham atau aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Menurut paham ini, objek-objek fisik tidak dapat dipahami terlepas dari spirit. Ada pendapat lain yang mengatakan, idealisme berasal dari bahasa latin idea, yaitu gagasan, ide. Sesuai asal katanya menekankan gagasan, ide, isi pikiran, dan buah mental.

Aliran idealisme kenyataanya sangat identik dengan alam dan lingkungan sehingga melahirkan 2 macam realita :
1. Yang tampak : apa yang kita alami dalam lingkungan ini seperti ada yang datang dan pergi, hidup dan mati dll.
2. Realitas sejati : merupakan sifat yang kekal dan sempurna (ideal). Gagasan dan pikiran yang utuh di dalamnya terdapat nilai-nilai yang murni dan asli, kemudian kemutlakan dan kesejatian kedudukan-kedudukan lebih tinggi dari yang nampak, karena ide merupakan wujud yang hakiki.


Idealisme merupakan salah satu aliran filsafat tradisional yang paling tua. Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak mengalami perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea. Keberadaan idea tidak tampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran yang asli hanya dapat dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan idealisme adalah gambaran dari dunia idea, sebab posisinya tidak menetap. Sedangkan yang dimaksud dengan idea adalah hakikat murni dan asli. Keberadaannya sangat absolut dan kesempurnaannya sangat mutlak, tidak bisa dijangkau oleh material. Pada kenyataannya, idea digambarkan dengan dunia yang tidak berbentuk demikian jiwa bertempat di dalam dunia yang tidak bertubuh yang dikatakan dunia idea.

Inti yang terpenting dari ajaran ini adalah manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi bagi kehidupan manusia. Roh itu pada dasarnya dianggap suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut sebagai penjelmaan dari roh atau sukma. Sedangkan, pokok utama yang diajukan oleh idealisme adalah jiwa mempunyai kedudukan yang utama dalam alam semesta. Sebenarnya, idealisme tidak mengingkari materi. Namun, materi adalah suatu gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat. Idealisme adalah aliran filsafat yang berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak lain daripada kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu terletak di luarnya. Dengan kata lain pengetahuan yang diperoleh melalui indera tidak pasti dan tidak lengkap, karena dunia adalah tiruan belaka, sifatnya hanya maya (bayangan) yang menyimpang dari kenyataan sebenarnya.
            Idealisme menekankan akal, sebagai hal yang lebih didahulukan dari pada materi, bahwa akal itulah yang benar dan materi hanyalah merupakan produk sampingan. Idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal atau jiwa dan bukan benda material dan kekuatan. Dalam hubungannya dengan pendidikan, idealisme memberikan sumbangan yang besar terhadap teori perkembangan pendidikan, khususnya filsafat pendidikan. Filsafat idealisme diturunkan dari filsafat metafisik yang menekankan pertumbuhan rohani. Kaum idealis percaya bahwa anak merupakan bagian dari alam spiritual, yang memiliki pembawaan spiritual sesuai potensialitasnya. Oleh karena itu, pendidikan harus mengajarkan hubungan antara anak dengan bagian alam spiritual. Pendidikan harus menekankan kesesuian batin antara anak dan alam semesta. Pendidikan merupakan pertumbuhan ke arah tujuan pribadi manusia yang ideal. Pendidik yang idealisme mewujudkan sedapat mungkin watak yang terbaik. Pendidik harus memandang anak sebagai tujuan, bukan sebagai alat.
            Filsafat idealisme pada abad ke-19 secara khusus mengajarkan tentang kebudayaan manusia dan lembaga kemanusiaan sebagai ekspresi realitas spiritual. Bagi aliran idealisme, anak didik merupakan seorang pribadi tersendiri, sebagai makhluk spiritual. Mereka yang menganut paham idealisme senantiasa memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan ekspresi dari keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai makhluk spiritual.
Menurut Plato dalam sebuah negara pendidikan memperoleh tempat utama dan menempatkan perhatian yang paling khusus. Bahkan, karena adalah tugas dan panggilan yang sangat mulia, maka ia harus diselenggarakan oleh Negara. Karena pendidikan itu sebenarnya merupakan sustu tindakan pembebasan dari belenggu ketidaktahuan dan ketidakbeneran. Dengan pendidikan, orang-orang akan mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak benar. Dengan demikian pula, orang-orang akan mengenal apa yang baik dan apa yang jahat, apa patut apa tidak. tujuan pendidikan adalah untuk menemukan kemampuan-kemampuan ilmiah setiap individu dan melatihnya sehingga menjadi seorang warga negara yang baik, masyarakat dan harmonis, yang melaksankana tugas-tugasnya secara efisien sebagai seseorang anggota masyarakat
Materi atau apa yang harus diketahui dalam paham idealisme sesungguhnya sudah ada dalam jiwa. Tugas pendidik adalah membuat pengetahuan yang tersimpan dalam hati ini menjadi kesadaran. Para pendidik berusaha agar murid mencapai kesadaran kesempurnaannya. Untuk mencapai manusia sempurna ini seperangkat kurikulum disusun secara terstruktur (bertingkat) dengan berdasarkan warisan pemikiran terbaik generasi demi generasi. Paling penting tingkatnya adalah ilmu umum tentang filosofi dan teologi kedua hal ini bersifat abstrak. Kurikulum pendidikan idealisme berisikan pendidikan liberal dan pendidikan vokasional/praktis. Pendidikan liberal dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan-kemampuan rasional dan moral. Pendidikan vokasional dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan suatu kehidupan/pekerjaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa materi yang digunakan guna mengembangkan pendidikan intelektual adalah ilmu-ilmu kealaman, sosial, pendidikan teknologi, matematika, dan pendidikan bahasa. Materi pendidikan moral dalam mengembangkan kebajikan yaitu sikap berusaha mencapai kesempurnaan diri, sikap adil, sikap jujur, tidak memihak, sikap mengetahui kesamaan antar sesame manusia.
Sedangkan kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook. Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.
Secara umum pendidikan idealisme merumuskan tujuan pendidikan sebagai pencapaian manusia yang berkepribadian mulia dan memiliki taraf kehidupan rohani yang lebih tinggi dan ideal. Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan.
            Metode yang digunakan oleh aliran idealisme adalah metode dialektik. Metode mengajar dalam pendidikan hendaknya mendorong siswa untuk memperluas cakrawala mendorong berfikir reflektif, mendorong pilihan-pilihan morak pribadi, memberikan keterampilan-keterampilan berfikir logis, memberikan kesempatan menggunakan pengetahuan untuk masalah-masalah moral dan sosia, miningkatkan minat terhadap isi mata pelajaran, dan mendorong siswa untuk menerima nilai-nilai peradaban manusia.
            Dalam proses pendidikan, kaum idealis mengingikan agar pendidikan jangan hanya merupakan masalh pengembangan atau menumbuh kembangkan, melainkan harus digerakkan kearah tujuan, yaitu suatu tujuan dimana nilai telah direalisasikan kedalam bentuk yang kekal tidak terbatas.
Nilai-nilai pendidikan, menurut kaum idealis adalah penglahiran (cetusan) dari susunan atau system yang kekal abadi yang memiliki nilai-nilai dalam dirinya sendiri.
Power (1982:89) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan idealisme sebagai berikut :
1). Tujuan Pendidikan, Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk karakter, dan mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial
2). Kedudukan Siswa, Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya/bakatnya.
3). Peranan Guru, Bekerja sama dengan alam dalam proses pengembangan manusia, terutama bertanggung jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan siswa
4). Kurikulum, Pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan rasional, dan pendidikan praktis untuk memproleh pekerjaan
5). Metode, Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar